RIAUBOOK.COM - Setelah sidang itsbat oleh pemerintah yang menetapkan 1 syawal 1438 H jatuh pada hari Minggu 25 Juni, kemenangan ini dirayakan umat Muslim dengan berbagai kegiatan.
Misalnya ada malam takbiran, masyarakat Rimbo Ulu, Tebo Jambi mengadakan takbiran keliling dengan membuat replika kalajengking. Yang diarak ke pasar Rimbo Bujang.
Meski Idul Fitri adalah momen religius, namun umat Islam di seluruh dunia merayakan hari itu dengan kebiasaan dan tradisi yang unik.
Seluruh umat Muslim menghadiri shalat Idul Fitri di pagi hari di masjid-masjid yang ada di tempat tinggal mereka, atau di tempat khusus yang dipersiapkan untuk itu.
Namun, dalam setiap budaya, ada hal-hal unik yang dipakai untuk mengekspresikan kebahagiaan pada acara suci ini.
Kali ini, sorotan diberikan kepada orang-orang Arab yang bermukim di Riyadh. Sultan, lelaki Arab berusia 25 tahun pun memberikan kesaksiannya tentang hari pertama lebaran.
"Sehari sebelum Idul Fitri, saya bersiap untuk perayaan dengan pergi ke tukang cukur dan memastikan pakaian saya bersih."
"Saya selalu menjahit thobe (jubah) khusus untuk Idul Fitri. Aku mewarisi kebiasaan ini dari ayahku," kata dia.
"Biasanya, saya tidak tidur malam sebelum lebaran. Saya menyukai perasaan indah pada malam Idul Fitri," sambung Sultan.
Dia menambahkan, semua mal, toko, kios barbekyu, dan tukang jahit menjadi ramai pada malam hari.
"Semua orang sibuk di mana-mana," kata Sultan.
"Nah, pada hari Idul Fitri, saya pergi bersama ayah dan saudara laki-laki saya untuk shalat Idul Fitri di masjid."
"Kemudian kami berjabat tangan dengan tetangga kami di masjid untuk menghapus perasaan bersalah di antara kami. Ini adalah kesempatan yang suci, dan kami harus mulai dengan hati yang bersih."
Sultan mengatakan, dari masjid mereka pergi ke rumah kakeknya, di mana paman dan keluarga lainnya bergabung di sana untuk menikmati hidangan hari raya.
"Ini adalah rumah besar keluarga tempat semua orang berkumpul di dalam keluarga. Setelah jabat tangan, kami saling mengucapkan selamat Idul Fitri."
"Kami biasanya memberi anak-anak 'eidiyya' yakni sejumlah uang diberikan oleh anggota keluarga yang lebih tua kepada anak-anak. Ini untuk membuat mereka bahagia," tambahnya.
Setelah itu, mereka mengunjungi kerabat yang tidak bisa datang untuk pertemuan keluarga dengan alasan tertentu di kemudian hari.
"Kami selalu berusaha memastikan untuk mengunjungi semua kerabat kami."
"Saya kenal beberapa teman yang berasal dari kota lain, tapi tinggal di sini di Riyadh. Mereka semua pergi ke kampung halaman mereka setiap Idul Fitri."
"Tidak ada yang mau melewatkan pertemuan keluarga terutama pada acara suci ini," ungkap Sultan, dilansir laman Saudi Gazette sebagaimana diberitakan oleh Kompas.com.
"Lalu, kami pulang ke rumah untuk tidur siang. Di malam hari, saya pergi bersama keluarga saya ke restoran atau tempat hiburan, untuk dinikmati bersama keluarga," kata Sultan.
Hala, saudara perempuan Sultan, mengatakan, sebagai seorang gadis, dia pun mengikuti pola yang sama.
"Kita semua harus mengunjungi rumah kakek kita di mana semua orang datang."
"Saya duduk bersama saudara perempuan saya di kelompok wanita, yang merupakan ruangan besar untuk pertemuan perempuan. Sultan duduk bersama laki-laki di ruang terpisah untuk pria," kata dia.
Berbicara tentang perbedaan antara kebiasaan lebaran pria dan wanita, Hala berkata: "Pada dasarnya, itu sama."
"Namun, wanita cenderung menghabiskan lebih banyak pada makeup dan pakaian Idul Fitri. Pria begitu sederhana, mereka hanya memakai thobes."
"Sementara kami harus tampil unik di Idul Fitri. Apalagi pria memberi 'eidiyyah' secara tunai hanya untuk anak-anak, sementara kami cenderung membeli hadiah lebaran mewah, yang sedikit mahal."
"Kebanyakan adalah coklat, bunga, dan mainan yang dikemas dengan baik, dan menarik dalam keranjang Idul Fitri atau kotak kecil," kata Hala. (RB/yopi/kcp)
Follow News : Riau | Kampar | Siak | Pekanbaru | Inhu | Inhil | Bengkalis | Rohil | Meranti | Dumai | Kuansing | Pelalawan | Rohul | Berita Riau
SMSI Minta Presiden Terbitkan Perpu UU Kedaulatan Digital Pengganti UU ITE
RIAUBOOK.COM - INI cerita tentang ibu bernama Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) yang berusaha menyelamatkan hidup anak-anaknya, 2.000 lebih media…