RIAUBOOK.COM - Konsep tinggal di langit! Itulah salah satu keterangan foto Asgardia, bangsa ruang angkasa pertama, yang ditawarkan oleh sekelompok ilmuwan. Mereka menawarkan konsep yang diberi nama Asgardia. Asgardia -nama yang diambil dari kota mitologi Norse di langit- terbuka untuk siapa saja dan tanpa biaya.
Sejauh ini, orang yang mendaftar mencapai lebih dari 280.000 dan orang Indonesia di posisi ke tujuh dengan angka mendekati 10.000 sampai Kamis (27/07/2017) malam.
Astronom di Observatorium Bosscha Lembang, Jawa Barat, Moedji Raharto mengatakan cukup tingginya respons orang Indonesia akan adanya konsep tinggal di luar angkasa dikarenakan banyaknya peristiwa alam.
"Di Indonesia banyak terjadi peristiwa langit, seperti gerhana, jadi kedekatan manusia dengan langit akan menjadi jalan dengan merespons setiap kali ada tawaran tentang perjalanan ke ruang angkasa, atau ada event yang menarik," kata Moedji seperti dikutip dari BBC Indonesia, Senin (31/7/2017).
Berikut ini 4 Fakta Menarik tentang Asgardia.
1. Bangsa pertama di luar angkasa
Proyek ini pertama kali diumumkan pada Oktober 2016, oleh ilmuwan Rusia, Igor Ashurbeyli, yang menyebut Asgardia sebagai bangsa independen pertama yang beroperasi di ruang angkasa.
Dalam 40 jam setelah diumumkan, lebih dari 100.000 orang mendaftarkan kewarganegaraan di situs Asgardia. Siapa pun yang berusia di atas 18 tahun dan memiliki alamat email, apa pun kebangsaannya, gender, ras, agama dan kondisi keuangan, bisa mendaftar. Bekas narapidana juga bisa mendaftar, sepanjang mereka bebas dari dakwaan saat pendaftaran.
Saat ini terdapat lebih dari 280.000 pendaftar dari 217 negara dengan mayortas berusia 18 sampai 35 tahun.
Indonesia menempati urutan ke tujuh dan dari berbagai kota, termasuk Jakarta, Bandung, Mataram sampai Jayapura. Pendaftar terbanyak adalah dari Turki, diikuti oleh Cina, Amerika Serikat, Brasil dan Inggris.
2. Satelit diluncurkan tahun 2017 ini
Untuk mendukung konsep ini, satelit pertama akan diluncurkan pada tahun 2017 ini. Mereka akan mengirimkan satelit melalui wahana ruang angkasa milik NASA yang akan dibawa ke stasiun ruang angkasa, International Space Station, milik badan luar angkasa Amerika Serikat itu. Namun belum bisa diseebutkan tanggal pasti karena jadwal peluncuran menunggu dari NASA.
Asgardia mengklaim akan menjadi bangsa pertama di ruang angkasa. Tim Asgardia akan membangun anjungan di ruang angkasa pada orbit rendah sekitar 100 sampai 600 kilometer dari permukaan Bumi. ISS juga terletak di orbit rendah.
Penerbangan pertama 'manusia' akan dilakukan dalam delapan tahun namun pada awalnya akan dibatasi pada "mereka yang profesional" termasuk pilot pesawat ruang angkasa, dan pakar navigasi, kata Lena de Winne.
Sementara proyek turis ruang angkasa yang diterbangkan ke anjungan Asgardia akan memerlukan waktu lebih lama lagi untuk persiapannya, tambah De Winne.
3. Asgardia akan Didaftarkan secara resmi ke PBB
Asgardia rencananya juga akan didaftarkan ke PBB. Ilmuwan Rusia Igor Ashurbeyli mengatakan pada saat peluncuran proyek Oktober lalu, bahwa langkah ini, "Bukan fantasi. Pergi ke Mars dan lain-lain itu palsu. Saya ingin sesuatu yang lebih nyata."
4. Sang pendiri Asgardia
Ilmuwan berusia 53 tahun ini mendanai proyek ini sendiri namun tak disebutkan jumlahnya. Ia dilaporkan sebagai miliuner namun tak pernah muncul di daftar orang terkaya versi majalah Forbes.
Pakar roket yang lahir di Azerbaijan ini lulus dari Akademi Perminyakan di negara tempat dia lahir pada 1985 dan tiga tahun kemudian mendirikan Socium, perusahaan perangkat lunak dengan lebih dari 10.000 karyawan, menurut situs perusahaan itu.
Setelah pindah ke Moskow pada 1990-an, ia berpengaruh dalam bidang industri sains dan pernah mendapatkan penghargaan negara untuk sains dan teknologi.
Ashurbeyli mengatakan Asgardia akan didaftarkan untuk mendapatkan pengajuan PBB sebagai bangsa pada 2018.
Namun profesor Sa'id Mosteshar, direktur London Institute of Space Policy and Law, meragukan apakah Asgardia dapat diakui berdasarkan undang-undang internasional.
"Traktat ruang angkasa ... yang diterima oleh semua orang menyebutkan dengan jelas bahwa tidak ada bagian dari ruang angkasa yang dapat diklaim oleh negara manapun," kata Mosteshar. (RB/bbc)
Follow News : Riau | Kampar | Siak | Pekanbaru | Inhu | Inhil | Bengkalis | Rohil | Meranti | Dumai | Kuansing | Pelalawan | Rohul | Berita Riau
SMSI Minta Presiden Terbitkan Perpu UU Kedaulatan Digital Pengganti UU ITE
RIAUBOOK.COM - INI cerita tentang ibu bernama Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) yang berusaha menyelamatkan hidup anak-anaknya, 2.000 lebih media…