Menjadi topik hangat, kabar tentang Badan Narkotika Nasional menembak mati satu dari dua tersangka yang berkonvoi membawa sabu 25 kilogram dan 25 ribu pil ekstasi dalam penyergapan di Kilometer 76 Kecamatan Kandis, Kabupaten Siak, Provinsi Riau.
Tersangka yang tewas adalah JA, saat itu dia mengendarai Mitsubishi Pajero yang mengendalikan kemana tujuan barang di Pekanbaru. Sedangkan satu lainnya ZA berhasil diamankan dimana dia mengemudikan Honda CRV yang memuat barang narkoba itu.
Informasi dari kepolsiain, pelaku titembak karena melawan petugas dan melarikan diri. "Kita lakukan tindakan tegas dan keras. Tersangka yang ditembak mati itu koordinatornya. Yang bersangkutan luka," kata Deputi Bidang Pemberantasan BNN, Irjen Pol Arman Depari saat ekspos di Markas Polda Riau, Jumat (6/10/2017).
Ditembak matinya bandar tersebut, membuat petugas kesulitan melacak siapa penerima sabu tersebut, jaringan pun terputus.
Anehnya, barang haram tersebut diakui pelaku dibawa dari Aceh dengan melintasi Sumatera Utara dan Riau, bahkan berencana menembus Jakarta dan Jawa.
Tidak tanggung-tanggung, pada tangkapan kali ini, polisi mengamankan barang bukti sabu sebanyak 25 kg dan 25 ribu butir ekstasi yang beratnya sekitar tujuh kg.
Maraknya peredaran narkoba di Riau sudah menjadi rahasia umum. Bahkan jika ditelisik lebih jauh, sudah menjadi denyut nadi ekonomi bagi para sindikat internasional. Mereka membangun jaringan lewat organ-organ penting baik di pemerintahan, maupun di kalangan penegak hukum.
Bukti narkoba sudah masuk ke organ pemerintahan dibuktikan dengan ditangkapnya sejumlah oknum PNS Pemprov Riau. Terakhir, RBF (52), yang mengaku bekerja di Pemprov Riau diamankan petugas saat berada di Jakarta, pesta narkoba bersama lima orang rekannya kalangan artis.
Kemudian ada EW (50), seorang oknum PNS di Rokan Hilir, sebelumya pada Agustus lalu juga diamankan aparat karena memiliki narkoba jenis sabu.
Selanjutnya pada akhir 2016 lalu, seorang oknum PNS di Pelalawan berinisial Wd (40) bahkan ditangkap kepolisian Pekanbaru setelah diduga sebagai bandar narkoba. Dia ditangkap bersama rekannya yang berumur 27 tahun.
Untuk kalangan penegak hukum, seakan menjadi organ penting yang menjadi target untuk disusupi para gembong narkoba. Pada Juni 2017, kepolisian juga telah menembak mati oknum polisi berinisial HE (42) di Bengkalis.
Tidak tanggung-tanggung, HE terlibat dalam jaringan peredaran narkoba kelas kakap. Barang bukti yang disita waktu itu yakni 7 kilogram sabu senilai Rp 7 miliar dan pil ekstasi juga happy five sebanyak 4.000 butir senilai Rp 600 juta.
Kemudian pada akhir Agustus lalu, dua orang polisi diduga tengah teler akibat pengaruh narkoba malah menabrak seorang warga Pekanbaru, Firman Berlando, hingga tewas.
Parahnya lagi, dua polisi itu adalah anggota dari Satuan Reserse Narkotika dan Obat-Obatan Terlarang Kepolisian Kampar, Riau.
Dan yang tak kalah santernya, anggota TNI dari Koramil 02 Tebing Tinggi, Kabupaten Kepulauan Meranti, Riau, pada awal Agustus lalu juga berhasil mengamankan barang bukti sabu seberat 1,5 kilogram beserta 500 butir pil ekstasi dan 500 pil Happy Five milik seorang oknum anggota polisi.
Dari informasi terhimpun, anggota polisi yang diduga sebagai pemilik narkotika ini adalah Briptu TH yang bertugas di Polres Kepulauan Meranti.
Jaringan Internasional
Banyaknya tangkapan pelaku pengedar narkoba kelas kakap di Riau berdampak pada pengetatan keamanan di seluruh pelabuhan yang ada di sejumlah kabupaten/kota, seperti Tembilahan, Bagansiapiapi, Selatpanjang dan terlebih Dumai.
Seluruh daerah pesisir Riau ini sebelumnya diindikasi menjadi 'markas' bagi para penyeludup. Hal itu terdeteksi dari banyaknya pelabuhan-pelabuhan tikus yang memang jauh dari jangkauan pemeriksaan pihak berwenang, baik kepolisian, maupun petugas bea dan cukai.
Beberapa kali, sejumlah pelabuhan tikus di daerah pesisir Riau diindikasi sebagai tempat penyeludupan narkoba paling aman, karena tidak terdapat pemeriksaan menggunakan alat pendeteksi canggih di kawasan tersebut.
Terlebih, daerah-daerah pesisir Riau berbatasan langsung dengan negara tetangga seperti Malaysia dan Singapura yang selama ini digadang-gadangkan sebagai negara yang sering mendatangkan barang haram ke dalam negeri.
Sebelumnya, Koordinator Komisi Untuk Orang Hilang dan Tindak Kekerasan (Kontras) Haris Azhar menantang keberanian Badan Narkotika Nasional (BNN) untuk mengumumkan tempat-tempat yang menjadi sentral sekaligus pintu masuk narkoba di Indonesia.
"Saya mau ngajak, meminta kepada BNN, berani ga umumkan dimana saja pelabuhan tikus yang digunakan atau diklaim sebagai pintu masuk narkoba," kata Haris di Jakarta beberapa waktu lalu.
Menurut Haris, masyarakat Indonesia jangan hanya dibiarkan menonton saja, tetapi harus diajak untuk berpartisipasi memberantas narkoba agar tidak menjadi sasaran empuk bandar narkoba yang sampai saat ini, keberadaan jantungnya misteri. (RB/fzr)
Follow News : Riau | Kampar | Siak | Pekanbaru | Inhu | Inhil | Bengkalis | Rohil | Meranti | Dumai | Kuansing | Pelalawan | Rohul | Berita Riau
SMSI Minta Presiden Terbitkan Perpu UU Kedaulatan Digital Pengganti UU ITE
RIAUBOOK.COM - INI cerita tentang ibu bernama Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) yang berusaha menyelamatkan hidup anak-anaknya, 2.000 lebih media…