RIAUBOOK.COM - Ke‎pala Dinas Pendidikan Provinsi Riau, Rudianto akhirnya memenuhi panggilan Bawadan Pengawas Pemilihan Umum (Bawaslu) Riau untuk dimintai keterangannya karena diduga terlibat politik praktis meski dia datang terlambat.
Hasil pemeriksaan, Rudianto diminta untuk mencopot ‎spanduk tagline politis bertuliskan 'Lanjutkan' di sejumlah sekolah. Sebab, Gubernur Riau, Arsyadjuliandi Rahman sebagai petahana dalam Pemilihan Kepala Daerah Riau tahun 2018, diuntungkan oleh anak buahnya, Rudianto yang memasang spanduk dengan tagline politis bertuliskan 'Lanjutkan' di sejumlah sekolah.
Bahkan, Rudianto mengirimkan surat edaran Kepala Dinas Pendidikan Riau kepada masing-masing kepala sekolah untuk memasang tagline yang dinilai ‎politis itu di halaman sekolah.
"Kadisdik Riau kita panggil hari ini, untuk dimintai keterangannya terkait dua persoalan. Yang pertama, surat edarannya yang berisi pemasangan spanduk bertuliskan lanjutkan. Yang kedua, soal Kadisdik Riau ikut dalam Rakerda Golkar di Rokan Hulu," ujar Ketua Bawaslu Riau Rusidi Rusdan Senin (9/10).
Spanduk bertuliskan kata 'Lanjutkan' itu dipasang di beberapa sekolah mulai dari Sekolah Dasar hingga Sekolah Menengah Atas (SMA) sederajat. Dalam spanduk itu terpajang foto Gubernur Riau Arsyadjuliandi Rahman, yang diketahui akan maju kembali dalam Pilgub Riau tahun 2018 mendatang dari partai Golkar.
"Seharusnya dia dimintai keterangannya pada jam 9, tapi tadi datang jam 1 siang. Kata lanjutkan dalam spanduk di sekolah ‎itukan tagline pilkada seperti yang digunakan para kepala daerah yang akan maju kembali, jadi ada unsur politis," kata Rusidi.
Rusidi menganggap spanduk Gubernur Riau di sejumlah sekolah bertuliskan lanjutkan itu mirip dengan spanduk tagline politik di tempat lain. Sehingga, kemiripan itu sangat identik dengan nuansa politik. Untuk itu, hal tersebut tidak dibenarkan dan harus dicopot dari sekolah.
‎"Jadi, kita sudah minta agar Kadisdik Riau mencopot semua spanduk tagline lanjutkan bermuatan politis itu. Itu saja, dan tidak ada sanksi baginya jika sudah dicopot spanduk itu," katanya.
‎Sebelumnya, Rusidi mengancam, jika Rudianto tidak datang pada panggilan pertama, pihaknya akan melakukan panggilan kedua dengan disertai tembusan kepada instansi yang membidangi Aparatur Sipil Negara (ASN) di pemerintahan pusat.
Surat panggilan kedua itu rencananya ditembuskan kepada Kementerian Pendayagunaan Aparatur ‎Negara dan Reformasi Birokrasi Republik Indonesia (Kemen PAN RB), Kementerian Dalam Negeri (Kemendagri), Badan Kepegawaian Negara (BKN). Namun, karena Rusdianto datang meski terlambat, Bawaslu menganggap masalah tersebut selesai dan tidak sampai ke pemerintahan pusat.
"Sudah, masalah Kadisdik soal spanduk dan soal kehadirannya dalam Rakerda Golkar sudah selesai. Jadi tidak perlu lagi hal-hal yang lain," terang Rusidi.
Selain Kadisdik Riau, Bawaslu juga memanggil 4 kepala dinas lainnya, lantaran ikut-ikutan dalam Rapat Kerja Daerah (Rakerda) Partai Golkar di Kabupaten Rokan Hulu beberapa waktu. Mereka diduga ikut terlibat dalam politik praktis karena bergabung dalam acara partai politik.
Kelima Kepala Dinas di Pemprov Riau itu dimintai keterangannya terkait kehadiran mereka di tengah kader partai.‎ Mereka dijadwalkan pemeriksaan hari ini Senin sejak pukul 09.00 - 15.00 WIB.
Kelimanya antara lain Kepala Dinas Pekerjaan Umum Riau Dadang Eko Purwanto, Kepala Dinas Pendidikan Riau Rudianto, Kepala Dinas Perkebunan Riau Feri HC, Kepala Dinas Kesehatan Mimi Yulianti Nazir, Plt Kepala Dinas Perhubungan Riau Rahmad Rahim.
"Masing-masing kepala dinas kita jadwalkan satu jam untuk dimintai keterangannya. Yang tidak datang hanya kepala dinas PU, dan lusa akan kita panggil lagi, dia lagi di luar kota karena ada urusan," ujar Rusidi. (RB/san)
Follow News : Riau | Kampar | Siak | Pekanbaru | Inhu | Inhil | Bengkalis | Rohil | Meranti | Dumai | Kuansing | Pelalawan | Rohul | Berita Riau
SMSI Minta Presiden Terbitkan Perpu UU Kedaulatan Digital Pengganti UU ITE
RIAUBOOK.COM - INI cerita tentang ibu bernama Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) yang berusaha menyelamatkan hidup anak-anaknya, 2.000 lebih media…