RIAUBOOK.COM - Tugas mahasiswa selain menempuh ilmu di perguruan tinggi adalah sebagai kelompok pengkritik, demikian kata Ketua Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia Wilayah Riau, Padli AR saat menyikapi penahanan 2 mahasiswa oleh Polda Metro Jaya beberapa hari yang lalu.
"Diciptakan untuk mengkritik, jadi propokator dan juga pengumpul masa," ujar Padli saat berbincang dengan Riaubook.com, siang tadi melalui aplikasi WhatsApp, Selasa (24/10/2017).
Menurut Padli AR, jika ada sekelompok orang atau institusi yang anti kritik terhadap gerakan mahasiswa ini, maka kata Padli AR mereka tidak memahami apa itu sesungguhnya mahasiswa.
Maka kalau ada sekelompok orang atau institusi tertentu menolak gerakan "kritikan"
"Bisa jadi mereka tidak paham definisi mahasiswa bahkan bisa kita katakan orang orang yang terbiasa hidup pada zona nyaman (comport zone)," sebut Padli AR, ia dulunya juga pernah mengemban sebagai Presiden Mahasiswa Universitas Riau periode 2012-2013, saat itu ia dan aktivis lainya tercatat gemar menggelar aksi untuk menuntut Gubernur Riau, Rusli Zainal, yang saat ini mendekam di balik jeruji.
Padli AR heran hingga dizaman demokrasi sekarang ini masih saja ada oknum kepolisian yang bertindak represif terhadap mahasiswa.
"Bagaimana mungkin dengan kelengkapan alat negara pada hari ini, pemerintah dan polisi masih represif terhadap gerakan mahasiswa," katanya.
Pemerintah kata Padli AR, sebenarnya bisa membaca kekuatan dari gerakan mahasiswa.
"Tapi yang g namanya orang tak mau dikritik tetap saja tidak mau," imbuhnya.
Padli AR mengingat dimasa sejarah peradaban manusia terdahulu, zaman nabi Musa ada sosok raja Firaun yang tak mau dikritik, bahkan menindas rakyatnya di Mesir.
Diberitakan sebelumnya, kekecewaan mendalam dirasakan oleh sejumlah mahasiswa atas tindakan represif dan penetapan dua mahasiswa sebagai tersangka pada aksi unjuk rasa jumat lalu di depan Istana Negara.
Sebelumnya, terhitung 14 orang Mahasiswa mendapat perlakuan represif dan penangkapan paksa oleh aparat keamanan ke Polda Metro Jaya.
Hingga sabtu 21 Oktober silam, 12 mahasiswa dilepas dengan status bebas bersyarat, sementara 2 lainnya, Ihsan Munawar (Mahasiswa STEI SEBI) dan Ardi Sutrisbi (Mahasiswa IPB), dibawa ke tahanan dengan status tersangka.
Meraka dikenai KUHP 160 yang berkaitan dengan penghasutan untuk melakukan tindak pidana dan KUHP 170 yang berkaitan dengan perilaku kekerasan terhadap orang atau barang di muka umum.Atas rasa solidaritas bersama, sejumlah mahasiswa yang terdiri dari mahasiswa Universitas Riau, Universitas Sriwijaya, Politeknik Sriwijaya dan BINHUS melakukan aksi diam didepan gerbang utama Universitas Negeri Jakarta.
Sementara itu, ratusan massa aksi yang yang berunjuk rasa di depan Kantor Polda Riau sore ini menyatakan bahwa saat ini Indonesia sedang mengalami darurat Demokrasi.Demikian tulisan satu diantara spanduk yang dibawa mahasiswa ketika berunjuk rasa, Selasa (24/10/2017).
Lebih lanjut, ada lagi tulisan spanduk yang berbunyi begini : "Satu Dibungkam Seribu Melawan".
Saat ini jalan Sudirman depan Kantor Polda Riau macet total akibat ratusan mahasiswa dari berbagai kampus di Pekanbaru yang menggelar aksi.
Sebelumnya, masa dari kampus Universitas Riau dan UIN Suska Riau beberapa menit yang lalu kompak melakukan konvoi bersama dari menggunakan sepeda motor dari arah Panam.Dikabarkan aksi ini sehubungan dengan 4 mahasiswa Indonesia yang ditahan oleh Polda Metro Jaya, demikian pernyataan dari Aditya Putra Gumesa, Menteri Sosial Politik Bem Universitas Riau yang juga sebelumnya ikut ditahan bersama 13 mahasiswa di Jakarta, melalui pesan di group WhatsApp, Selasa (24/10/2017).
Dari pantauan Riaubook.com, terlihat mahasiswa banyak yang membawa poster foto-foto 4 mahasiswa yang ditahan. (RB/yopi)
Follow News : Riau | Kampar | Siak | Pekanbaru | Inhu | Inhil | Bengkalis | Rohil | Meranti | Dumai | Kuansing | Pelalawan | Rohul | Berita Riau
SMSI Minta Presiden Terbitkan Perpu UU Kedaulatan Digital Pengganti UU ITE
RIAUBOOK.COM - INI cerita tentang ibu bernama Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) yang berusaha menyelamatkan hidup anak-anaknya, 2.000 lebih media…