RIAUBOOK.COM - Perjuangan panjang pendiri sanggar seni di Kota Pariaman, Sumatera Barat, ini berawal dari sebuah mimpi, Komunitas Darak Badarak sebelum naik ke panggung internasional pernah diusir oleh masyarakat.
Dikatakan pendiri sanggar Darak Badarak Pariaman, Ribut Anton Sujarwo, mendirikan komunitas seni tersebut berawal dari sebuah mimpi dan butuh perjuangan yang sangat berat.
Ribut Anton Sujarwo, pria yang akrab dipanggil Ajo Kutaih tersebut mengungkapkan melalui sambungan telepon selulernya, bahwa komunitas seni yang didirikan pada bulan Maret 2010 tersebut tidak memiliki satu alat dan hanya bermodalkan mimpi serta kerja keras.
Darak Badarak sendiri dikatakan oleh Ajo Kutaih diisi oleh personil yang direkurtnya dari berbagai anak sekolah yang terkenal nakal, dimana siswa sekolah tersebut sebelum bergabung pernah melakukan hal-hal negatif, dimana seperti menghisap lem, pengguna narkoba hingga pembalap liar.
Pada generasi pertama pada tahun 2010, Ajo Kutaih berhasil mengumpulkan lima orang anak nakal yang ingin didik menjadi orang yang berguna, namun pada tahap awal tersebut personil Darak Badarak hanya tinggal satu orang dikarenakan faktor tidak memiliki alat musik dan juga pendanaan yang tidak ada.
"Kondisi ini berlanjut hingga ke generasi kelima, dimana setiap generasi hanya menyisakan satu orang personil," kata Ajo Kutaih, Minggu (5/11/2017).
Meskipun kondisi pada saat itu tidak sangat memungkinkan, Ajo Kutaih mengaku harus terus berjuang dan tetap menghidupi sanggar seni Darak Badarak untuk mewujudkan mimpi yang kisahnya diambilnya dari beberapa film memiliki kisah inspiratif, sehingga komunitas tersebut melakukan latihan dari samping rumah orang hingga menumpang di sebuah area milik Pemerintah Kota Pariaman.
"Di tempat pemerintah ini kita hanya bisa bertahan selama satu minggu dan diusir, dikarenakan aduan dari masyarakat menyebutkan bahwa lokasi tersebut tempat berkumpulnya anak nakal, dan juga terselip isu yang mengatakan saya menjadi bandar narkoba, si Ribut mengambil anak-anak sekolah sebagai kurir narkoba," katanya.
Demi mewujudkan pelestarian seni dan musik budaya Pariaman, Kutaih kembali berusaha mencari lokasi untuk latihan, dimana dirinya meminta izin menggunakan kolong dari Rumah Tabuik (red, rumah panggung yang digunakan untuk membuat Tabuik).
"Dari bawah kolong inilah kita sulap menjadi sebuah sekolah seni, disinilah berawal kembali mimpi itu kembali dan kita berinama 'Sekolah Seni Anak Bawah Kolong Darak Badarak'," katanya menjelaskan.
Perjuangan tersebut dikatakan Kutaih terus dihadapi pihaknya pada saat itu, dimana dalam setiap penampilan personilnya dalam menampilkan kesenian Minangkabau dan juga bermain musik tradisional talempong, gandang tasa yang dikombinasikan dengan alat musik modern tidak dibayar.
"Kita tetap tampil meskipun tidak dibayar dimana untuk melatih mental personil diatas panggung, dan sekarang alhamdulillah kita sekali tampil dibayar orang dari Rp 2,5 juta hingga Rp 6 juta," katanya kembali.
Sebelum mengisi undangan pada saat itu, Kutaih menyebutkan, bahwa pihaknya latihan dengan cara berhayal hingga beberapa hari menjelang penampilan pihaknya berlatih dengan cara menyewa alat musik di sanggar seni yang berada di kota Padang.
"Dari hasil penampilan tersebut kita sisihkan untuk membelikan alat musik satu persatu," katanya mengingat kembali perjuangan tersebut.
Saat ini, sanggar seni Darak Badarak Pariaman sendiri mulai kebanjiran panggilan untuk tampil, mulai dari dalam daerah di Sumatera Barat hingga ajang internasional dan tampil di luar negeri, seperti di Malaysia.
"Kita juga pernah mengamen di kota Pariaman untuk mencari biaya keberangkatan untuk tampil di ajang Indonesia Drum and Perkusi Festival 2017 bulan Maret lalu di Jakarta, hal itu kita lakukan dikarenakan kita masih minim keuangan," katanya kembali menjelaskan.
Setelah tujuh tahun berdiri, Darak Badarak sendiri dikatakan Kutaih telah mempunyai personil sebanyak 127 orang, dimana terbagi dalam kelompok kesenian tari, silek dan musik.
Ia katakan, saat ini pihak Pemerintah Kota Pariaman, seperti wali kota, wakil wali kota dan ketua DPRD hingga berbagai lapisan masyarakat ikut mendukung kegiatan dari sanggar seni tersebut.
"Kita mohon doa serta dukungan segala lapisan masyarakat agar Darak Badarak bisa hidup dan berkembang untuk bisa membina generasi muda kearah yang lebih baik, terutama dalam melestarikan seni dan budaya Minangkabau," katanya mengakhiri.(RB/Iwan)
Follow News : Riau | Kampar | Siak | Pekanbaru | Inhu | Inhil | Bengkalis | Rohil | Meranti | Dumai | Kuansing | Pelalawan | Rohul | Berita Riau
SMSI Minta Presiden Terbitkan Perpu UU Kedaulatan Digital Pengganti UU ITE
RIAUBOOK.COM - INI cerita tentang ibu bernama Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) yang berusaha menyelamatkan hidup anak-anaknya, 2.000 lebih media…