RIAUBOOK.COM - Oleh Dr. Iswadi Hasyim Rosma (Pengajar Universitas Riau & PhD Alumni Queen's University Belfast, UK)
Pengumuman Klaster dan Peringkat Perguruan Tinggi (PT) tahun 2017 oleh Menteri Ristek DIKTI Mohamad Nasir setelah pelaksanaan HUT R1 ke-72 17 Agustus 2017 lalu telah menghasilkan statistik yang menunjukan di mana posisi tegaknya sebuah PT. Pengumuman yang dilaksanakan di Pusat Penelitian dan Teknologi (PUSPITEK) Serpong ini membagi perguruan tinggi menjadi 2 kelompok besar yaitu Kelompok Perguruan Tinggi Politeknik (PTP) dan Perguruan Tinggi Non Politeknik (PTNP).
Walaupun tulisan ringkas ini hanya membahas Klaster dan Peringkat PTNP namun diharapkan dapat memberi sedikit opini yang mungkin bisa diambil dari statistik tersebut bagi pimpinan dan civitas akademika PT secara umum, khususnya yang berada di Bumi Melayu Riau ini namun juga bagi perguruan tinggi di dearah lain.
Dari pengumuman Menteri Ristek DIKTI tersebut terdapat 14 PTNP terbaik yang dikelompokan dalam klaster 1. Peringkat pertama diduduki oleh UGM sedangkan Unpad Bandung berada pada peringkat ke-14.
Hanya ada sebuah perguruan tinggi yang berasal dari Pulau Sumatera yaitu Unand Padang (Peringkat ke-12) yang berhasil masuk ke dalam klaster 1 tersbut (http://kelembagaan.ristekdikti.go.id).
Secara garis besar klaster PTNP ini terdiri dari 5 klaster dimana klaster 2 berjumlah sebanyak 78 PT. Berturut turut klaster 3 sampai dengan klaster 5 terdiri dari 691, 1.989 dan 290 PTNP. Selain tidak ada satupun PTNP dari Propinsi Riau yang masuk dalam klaster 1 dan hanya 1 PTNP saja (UR Pekanbaru/Peringkat ke-23) yang berhasil memposisikan tegaknya pada klaster 2 maka hal ini tentu menjadi tantangan besar bagi dunia pendidikan tinggi di Bumi Melayu Riau ini agar perlahan lahan beringsut menuju klaster dan peringkat yang lebih baik lagi (https://ristekdikti.go.id/).
Cara awal dan sederhana untuk mensiasati bagaimana cara menaikan klaster dan peringkat sebuah PT yaitu dengan cara mendalami komponen yang dinilai dalam pemeringkatan tersebut. Setelah itu mencoba dan berusaha semaksimal mungkin meraih nilai terbaik untuk tiap tiap komponen tersebut baik dalam jangka pendek, menengah maupun panjang.
Dalam hal klaster dan Peringkat PT 2017 ini, ada 4 komponen utama yang digunakan oleh Direktorat Kelembagaan RISTEK DIKTI yaitu: Kualitas SDM, Kualitas Kegiatan Kemahasiswaan, Kualitas Kelembagaan dan Kualitas Penelitian & Publikasi.
Pertama, Kulitas SDM sebuah PT terkait erat dengan seberapa banyaknya dosen yang berpendidikan S3, jabatan fungsional Lektor Kepala & Guru Besar dan rasio jumlah dosen terhadap jumlah mahasiswa.
Beberapa PT mendorong semua pendidik (Dosen) mereka agar meningkatkan kualifikasi pendidikan untuk mencapai strata tertinggi tersebut (S3). Tentu tidak mudah mencapai hal tersebut dalam waktu pendek dikarenakan selain dibutuhkan waktu (lama studi 3-5 tahun program Doktor/S3) maka biaya program pendidikan doktor yang sangat besar juga menjadi tantangan sendiri dan oleh sebab itu harus direncanakan sebagai bagian program kerja PT jangka menengah dan jangka panjang.
Saat ini Pemerintah telah memberikan jalan keluar untuk hal pendanaan. Beasiswa Program Pendidikan (BPP) baik dalam negeri (DN) maupun (LN) negeri telah disiapkan oleh Kementrian Ristek DIKTI. Pun demikian pula Beasiswa Unggulan Dosen Indonesia (BUDI DN dan BUDI LN) yang bekerjasama antara Ristek DIKTI dan LPDP Kementrian Keuangan.
Ketersediaan beasiswa ini tentu adalah peluang yang tak boleh dilewatkan oleh seorang dosen di sebuah PT. Sedangkan Dosen dengan gelar Doktor (S3) yang masih berada pada jabatan fungsional Lektor agar digesa untuk menaikan jabatan fungsional menjadi Lektor Kepala atau bahkan loncat jabatan fungsional ke Guru Besar (Professor).
Kedua, kualitas Kemahasiswaan menggambarkan seberapa berprestasinya mahasiswa yang menimba ilmu di PT terkait. Selain dari prestasi mahasiswa tingkat nasional maka prestasi mahasiswa di tingkat internasional juga menjadi parameter ukur Kualitas Kemahasiswaan ini.
Raihan prestasi tersebut bisa diukur melalui kegiatan yang ditaja oleh Kemristek DIKTI maupun non-Kemristek DIKTI. Kegiatan kegiatan Kemristek DIKTI yang perlu menjadi target PT antara lain: Program Kreatifitas Mahasiswa, Program Hibah Bina Desa, Program Bekerja Belajar Terpadu (PBBT), Mahasiswa berprestasi baik kurikuler maupun kokurikuler, Latihan Keterampilan Manajemen Mahasiswa (LKMM), National and World University Debating Championship, Olimpiade Nasional Matematika dan IPA (ONMIPA), MTQ Mahasiswa Nasional, POMNas, Asean Students University Games dan banyak lagi.
Program di atas masih sebatas program yang ditaja oleh Kemristek DIKTI akan lebih baik lagi jika ada mahasiswa yang berprestasi di luar itu semisal menjadi atlit PON, Sea Games, dsb. Selain itu, ketersediaan program maupun pendanaan kegiatan kemahasiswaan dari PT terkait juga merupakan komponen penting untuk meningkatkan raihan nilai dari komponen Kualitas Kemahasiswa tersebut.
Ketiga, tidak ada cara lain untuk meningkat kualitas Kelembagaan sebuah PT selain dari terus menerus memperbaiki Akreditas Institusi Perguran Tinggi (AIPT) serta akreditasi seluruh program studi yang ada.
Jumlah program studi yang mendapatkan akreditasi internasional dan banyaknya jumlah mahasiswa internasional juga menjadi dua komponen penting untuk membangun Kualitas Kelembagaan PT. AIPT dan akreditasi program studi merupakan dua komponen yang saling mengait di mana sebuah PT dengan peringkat AIPT "A" maka besar kemungkinan didukung oleh torehan akreditasi prodi yang tentunya juga di dominasi dengan nilai "A". Lalu sudah berapa persenkah prodi di sebuah PT yang kita berada di dalamnya meraih "A"?.
Komponen terakhir adalah Kualitas Penelitian dan Publikasi. Publikasi yang baik salah satunya tentu dihasilkan dari penelitian yang baik pula. Oleh karena itu, adalah wajar jika dua hal ini dikategorikan dalam satu kesatuan komponen ukur oleh Kemristek DIKTI. Luaran sebuah penelitian bisa dituangkan dalam bentuk publikasi baik artikel di jurnal berkala maupun makalah ilmiah (conference paper) di ajang konferensi internasional dan nasional.
Kemristek DIKTI menggunakan pangkalan data scopus untuk melihat seberapa banyak publikasi yang dihasilkan oleh sebuah institusi PT. Bisa jadi seorang dosen di PT berhasil mempublikasikan hasil penelitianya di sebuah konferensi internasional namun jika konferensi tersebut tidak terindeks dalam pangkalan data scopus maka besar kemungkinan hasil publikasi tersebut tidak masuk dalam hitungan pemeringkatan tersebut.
Maka tak ada jalan lain, karena indeks scopus menjadi tolak ukur oleh Kemristek DIKTI, untuk di masa mendatang peneliti (dosen) disarankan untuk mulai memilih dan memiliki konferensi yang akan dihadiri dan ditaja yang berindeks scopus pula. Pun demikian halnya dengan publikasi artikel di jurnal berkala harus pula jurnal berkala yang terindeks scopus. Untuk tulisan lanjut terkait Kualitas Penelitian dan Publikasi ini, penulis berencana untuk mengulasnya di waktu dan kesempatan yang berbeda.
Itulah empat komponen utama yang dijadikan tolak ukur untuk klaster dan peringkat PT di tanah air. Tentunya dibutuhkan usaha tambahan agar komponen ukur ini menghasilkan nilai yang maksimum agar klaster dan peringkat sebuah PT menjadi lebih baik lagi. Sinergi semua civitas akademika baik jajaran pimpinan, SDM dosen dan SDM mahasiswa harus saling bahu membahu agar lebih mudah untuk mewujudkannya. (RB/yopi)
Follow News : Riau | Kampar | Siak | Pekanbaru | Inhu | Inhil | Bengkalis | Rohil | Meranti | Dumai | Kuansing | Pelalawan | Rohul | Berita Riau
SMSI Minta Presiden Terbitkan Perpu UU Kedaulatan Digital Pengganti UU ITE
RIAUBOOK.COM - INI cerita tentang ibu bernama Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) yang berusaha menyelamatkan hidup anak-anaknya, 2.000 lebih media…