RIAUBOOK.COM - "Riset itu berawal pada akhir dan berakhir pada awal," kata Bacharuddin Jusuf (B. J.) Habibie dalam kuliah umum, di Hotel Labersa, Pekanbaru, Kamis (9/8/2018).
Kalimat tersebut dikatakan Presiden Ketiga Republik Indonesia ketika menjelaskan soal Era Industri 4.0.
Dirinya mengatakan, kalau inovasi akan datang jika ada ilmu pengetahuan dengan multi disiplin, inovasi juga baru akan datang kalau dia sudah merasakan progres serta proses nilai tambah dari produk yang dibutuhkan masyarakat.
"Jangan harapkan new innovation, it's difficult, itu probability kecil sekali, 'you make the better cheaper', kualitasnya tinggi, biaya rendah, datang sesuai jadwal," kata dia.
Untuk mewujudkan hal tersebut, kata Habibie, tentu butuh tekteknologi.
"Innovated dengan detail, kembangkan terus karena ini bukan main-main, dan yang membiayai adalah pasar," kata pria yang juga dikenal dengan julukan Bapak Teknologi tersebut.
Kata Habibie, Industri 4.0 memiliki sasaran produk dengan kualitas tinggi, biaya rendah dan datang tepat waktu.
"Yang kita sasar adalah high quality, low cost dan on schedule masuk ke pasar," tuturnya.
Untuk itu, kata dia, harus ada definisi terhadap pasar.
"Saya bicara mengenai Ekonomi Pasar Pancasila, setiap pasar harus ada peraturan dan filsafatnya, kalau di Jerman namanya social demokratic market (Pasar sosial yang demokratis), disana itu masih ada masalah terhadap tidak ada ketuhanan yang maha esa, sosialnya implisit dalam pemerataan, tapi tidak ada ketuhanan yang maha esa, makanya saya minta kepada Dewan Riset Nasional dan universitas untuk kembangkan itu Ekonomi Pasar Pancasila, buat S2 dan S3, pelajari," kata Habibie.
Selain itu dirinya mengatakan, Pemerintah Indonesia juga harus mengerti, kalau pembangunan di Indonesia bagian timur memiliki sekenario yang berbeda dengan wilayah lain.
"Orang di Indonesia bagian timur bisa hidup dari perikanan, bisa hidup dari Pohon Eboni, tapi jangan buat kesalahan," kata dia.
Habibie melanjutkan, misalnya rumput laut yang memiliki banyak macamnya, namun hanya satu yang menghasilkan karagenan atau senyawa yang diekstraksi dari rumput laut famili Rhodophyceae, terdiri atas rantai poliglikanbersulfat dengan massa molekuler (Mr) kurang lebih diatas 100.000 dan bersifat hidrokoloid.
"Karagenan itu hanya dihasilkan oleh rumput laut dilingkungan yang airnya bersih, suhunya terkendali, airnya diam tidak bergerak dan tidak terlalu dalam, di seluruh dunia itu, tempat yang paling memenuhi syarat untuk ditanami rumput laut yang menghasilkan karagenan adalah di Indonesia bagian timur, tidak ada tempat lain," tuturnya.
Tapi, kata Habibie, yang menjadi sebuah kekonyolan, ketika karagenan hanya dijual ke negara tetangga, kemudian oleh negara tersebut ditingkatkan lagi harganya, diekspor ke Eropa untuk pembuatan kosmetik, ice cream, bahkan untuk material pembuatan pesawat ruang angkasa.
"Karagenan adalah insentif didalam plastik, sehingga apapun yang dimasukkan kedalamnya tidak terbakar, makanya jangan kita hanya tahu tanam rumput laut, yang benar aja dong, buat riset, bagaimana membuat karagenan, belajar dari teknologi, belajar dari orang lain," kata dia.
Sehingga, kata Habibie, berawal pada akhir dan berakhir pada awal. (RB/Dwi)
SMSI Minta Presiden Terbitkan Perpu UU Kedaulatan Digital Pengganti UU ITE
RIAUBOOK.COM - INI cerita tentang ibu bernama Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) yang berusaha menyelamatkan hidup anak-anaknya, 2.000 lebih media…