Pumpunan Fazar Muhardi/RiauBook.com
TANAMAN kehidupan melembab seketika saat embun turun hingga menyentuh tanah di perbukitan lereng pusako Merapi dan Singgalang.
Kicau burung, kukuk ayam dan gonggongan anjing meramaikan suasana pagi ketika matahari baru saja menampangkan separuh sinarnya dari ufuk timur, memerahkan langit yang berurai seperti selendang tujuh bidadari.
Suasana pagi itu, Minggu (9/6/2019) seakan mencerahkan hati para petani, mereka beriring turun ke sawah yang terhampar di lereng bukit tidak jauh dari Gunung Singgalang.
Di sekitar sawah-sawah itu, terdapat tanaman tebu yang subur, semak berlukar yang merimbun di antara kebun menjadi makanan pembuka bagi kawanan sapi sebelum membajak sawah usai panen.
Dari jauh dekat lereng Gunung Merapi, terlihat indah hamparan sawah yang membukit, membentuk seperti anak jenjang, sebagian lahan yang berada di dekatnya penuh dengan tanaman cabai kriting.
RiauBook.com menyaksikan keindahan alam Desa Marambuang, Kecamatan Palembayan, Kabupaten Agam, Sumatera Barat (Sumbar) dari sebuah rumah di atas bukit yang penuh dengan tanaman kehidupan. Jeruk segar hingga terong belanda tumbuh subur di tanah ini, bunga-bunga mekar sempurna, durian pun tengah berbunga menanti musimnya.
Angin bertiup kencang hingga menggerakkan batang-batang kehidupan, menggugurkan sebagian kelopak yang mekar, mematahkan ranting lapuk dengan setumpuk buah merah merekah di ujungnya.
Subur Nagari Minang Kabau membuat penduduk di sekitar lereng dua gunung kembar hidup sehat dari udara yang segar, dan hidup bahagia jauh dari hiruk pikuk politik yang menggerahkan.
Sebagian mereka memanen hasil sawah, sebagian memanen hasil cabai, dan buah-buahan turut memenuhi kebutuhan hidup mereka sehari-hari.
"Saatnya panen cabai," kata Tek Mai, petani yang memenuhi sepetak lahan dekat rumahnya dengan tanaman pedas, sebagian buahnya telah memerah cerah.
Tek Mai merupakan ibu rumah tangga dengan tiga anak, sarjana muda yang mengabdikan hidupnya bertani di Ranah Minang.
Suaminya, Pak Etek, juga merupakan sarjana pertanian, sepasang mereka membesarkan anak-anak yang kini, dua di antaranya telah menyelesaikan pendidikan strata 1 dan telah merantau di 'nagari urang', sementara si bungsu masih duduk di bangku SMA.
Pendidikan tetaplah yang utama bagi masyarakat adat Minang Kabau, para datuk menitipkan pesan; "Tak pun kayo di rantau urang, indaknyo mampu hidup batani di nagari surang".
Subur Nagari Minang Kabau, sama subur seperti penduduknya.
#fzr
SMSI Minta Presiden Terbitkan Perpu UU Kedaulatan Digital Pengganti UU ITE
RIAUBOOK.COM - INI cerita tentang ibu bernama Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) yang berusaha menyelamatkan hidup anak-anaknya, 2.000 lebih media…