RIAUBOOK.COM, JAKARTA - Kisah Presiden Soekarno selalu saja menarik untuk dikilas balik, salah satu yang belum terungkap adalah kedekatannya tanpa sadar oleh seorang agen CIA yang merupakan teman akrabnya sendiri.
Berikut kisahnya!
Ada cerita saat pihak tentara marah besar karena tersebarnya foto Presiden Soekarno sebelum wafat.
Ketika itu, anak-anak Soekarno sampai ikut diinterogasi.
Apa sebenarnya sebab kemarahan tentara itu?
Simak selengkapnya berikut ini.
Seperti diketahui, perjalanan hidup Soekarno sebagai seorang Presiden Republik Indonesia tidak bisa berjalan mulus begitu saja.
Sebab, di akhir masa kepemimpinannya, Soekarno justru menghadapi sejumlah masalah yang rumit.
Satu di antaranya munculnya peristiwa Gerakan 30 September atau yang dikenal dengan G30S/PKI, yang pada akhirnya membuat Soekarno kehilangan tampuk kekuasaannya.
Pasca kekuasaannya hilang, kesehatan Soekarno juga semakin memburuk.
Ada sebuah kisah yang mewarnai kehidupan Soekarno dan keluarganya pasca kekuasaannya jatuh.
Seperti yang diceritakan oleh seorang wartawan Amerika Serikat, Cindy Adams.
Kisah itu kemudian ditulis Cindy dalam buku berjudul "Bung Karno, Penyambung Lidah Rakyat Indonesia".
Dalam buku itu, Cindy memasang sebuah foto Soekarno pada tahun 1970.
Foto tersebut diambil tepat saat ulang tahun Soekarno, yaitu tanggal 6 Juni 1970.
Menurut Cindy, foto tersebut adalah foto terakhir Soekarno sebelum wafat, dan dalam kondisi sakit.
Ketika itu, Soekarno terlihat terbaring di Wisma Yaso, Jakarta.
Cindy menuliskan, foto itu diambil secara diam-diam oleh seorang anak Soekarno, Guruh Soekarnoputra.
"Diambil secara diam-diam oleh Guruh Soekarnoputra karena pada saat itu Bung Karno sudah menjadi tahanan politik," tulis Cindy dalam bukunya.
Foto itu kemudian disebarluaskan ke dunia internasional oleh anak Soekarno lainnya, yaitu Rachmawati Soekarnoputri melalui Kantor Berita UPI.
Akibatnya, beberapa hari kemudian keduanya dijemput, dan diinterogasi oleh tentara.
Pihak tentara tampaknya marah.
Anak-anak Soekarno diinterogasi di Markas CPM Guntur, Jakarta.
Soekarno Marah Tak Mau Biografinya Ditulis, Lalu Luluh Saat Bertemu Jurnalis Cantik
Saat Presiden Soekarno sudah menjabat sekitar 20 tahun, selain dikenal sebagai revolusioner, ia juga dikenal memiliki banyak teman.
Teman-teman Soekarno bukan hanya para tokoh di dalam negeri, tapi juga luar negeri.
Teman-temannya memiliki berbagai latar belakang budaya dan ideologi.
Satu di antara teman Soekarno yang kadang berposisi sebagai kawan sekaligus lawan adalah Duta Besar AS untuk Indonesia, Howard Jones.
Howard Jones memang teman akrab Soekarno.
Ia suka berkunjung hanya untuk sekedar berdiskusi sambil makan nasi goreng buatan istri Soekarno, Hartini, atau membicarakan masalah yang serius.
Tapi, diam-diam Howard Jones juga merupakan 'mata-mata' bagi AS dan CIA.
Karena Soekarno pada saat yang sama sesungguhnya merupakan target CIA untuk dilenyapkan karena diyakini pro komunis.
Satu di antara tujuan utama Jones dalam berteman adalah membujuk Soekarno, yang pada 1960-an, merupakan tokoh yang diperhitungkan dunia agar mau menuliskan kisah hidupnya (biografi).
Namun, Soekarno selalu menolak.
Menurutnya, kisah hidupnya yang masih akan panjang belum layak untuk ditulis.
Seperti dikutip dalam buku "Soekarno Penyambung Lidah Rakyat Indonesia," Soekarno bahkan berpendapat kisah hidupnya akan menarik untuk ditulis jika dirinya sudah mati.
Upaya untuk membujuk Soekarno agar mau ditulis biografinya dengan cara diwawancara bahkan datang dari petugas pers Istana Presiden Siel Rohmulyati.
Tapi, lagi-lagi Soekarno malah marah dan tidak mau ditulis biografi.
Kemudian, suatu hari pada 1961, tanpa diduga Soekarno bertemu dengan wartawati asal AS.
Cindy Adams namanya, yang sedang ke Jakarta menemani suaminya.
Suami Cindy Adams adalah pelawak Joey Adams dan saat itu sedang bertugas memimpin Misi Kesenian Presiden John F Kennedy ke Asia Tenggara.
Wartawan yang menurut Soekarno cantik, rapi, memiliki rasa humor tinggi dan sangat menawan itu segera membuat hati Soekarno luluh.
Seokarno pun akhirnya bersedia untuk diwawancara dan ditulis.
Namun, akhirnya Cindy Adams tidak hanya mewancarai Soekarno.
Ia justru diperkenankan menulis biografi Soekarno, apalagi setelah didesak terus oleh Howard Jones.
Buku tentang Soekarno yang kemudian terbit pada 1965 di New York AS bertajuk, Sukarno An Autobiography As Told To Cindy Adams.
Sumber tribunnews
SMSI Minta Presiden Terbitkan Perpu UU Kedaulatan Digital Pengganti UU ITE
RIAUBOOK.COM - INI cerita tentang ibu bernama Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) yang berusaha menyelamatkan hidup anak-anaknya, 2.000 lebih media…