RIAUBOOK.COM - "Saat ini investasi merupakan satu-satunya yang diharapkan menjadi roda pertumbuhan ekonomi di Indonesia," demikian diungkapkan Direktur Wilayah I Deputi Bidang Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal, Agus Joko Saptono mewakili Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) Republik Indonesia Thomas Lembong dalam acara pembukaan Riau Expo 2019 di Komplek Bandar Serai Raja Ali Haji, Kota Pekanbaru, Sabtu (31/9/2019) malam.
Pada semester I tahun 2019, realisasi investasi dalam negeri telah mencapai Rp200,5 triliun. Mengalami kenaikan sebesar 13,7 persen dibanding periode yang sama tahun sebelumnya. Di mana, capaian tersebut mampu menyerap tenaga kerja Indonesia sebanyak 255.314 orang.
Secara nasional, Provinsi Riau berada pada urutan keempat dalam hal realisasi Penanaman Modal Dalam Negeri (PMDM).
"Investasi PMDM mencapai Rp17,3 triliun, dan ini mengalahkan Provini Jawa Tengah dan Banten yang biasanya relatif masuk 5 besar," kata Agus.
Foto: Direktur Wilayah I Deputi Bidang Pengendalian Pelaksanaan Penanaman Modal, Agus Joko Saptono saat memberi sambutan pada acara pembukaan Riau Expo 2019 di Komplek Bandar Serai Raja Ali Haji, Jalan Sudirman, Kota Pekanbaru. (Dok. Diskominfotik Provinsi Riau)
Sementara dari total nilai investasi secara keseluruhan yang ditarget sebesar Rp24 triliun untuk tahun ini, dalam kurun waktu enam bulan Riau telah mampu merealisasikan sebesar Rp19.6 trilun atau 81,6 persen.
Agus mengungkapkan, "Bumi Lancang Kuning" juga memiliki modal untuk mengembangkan potensi dalam Industri 4.0 di Era Digitalisasi. "Secara naional, bahwa saat ini di Riau ada 44 persen yang usianya dibawah 25 tahun. Umumnya, ini merupakan usia gadgedter. Saya rasa, menentukan arah dalam pengembangan realiasi investasi termasuk di dalamnya. Ini suatu hal yang tepat," kata dia.
"Kita sudah melihat, Riau ini industri kerakyatan-nya jalan, industri PMDN-nya jalan. sehingga ini adalah kesempatan yang tidak boleh ditinggalkan, dan di-stop. Ini harus benar-benar dimanfaatkan untuk mencapai realisasi ekonomi, realisasi investasi," tambahnya.
Untuk menggesa percepatan pertumbuhan ekonomi, pemerintah setempat juga terus melakukan berbagai upaya dalam menarik minat investor yang diharapkan dapat membuka lapangan kerja baru bagi masyarakat tempatan.
Dilokasi yang sama, Gubernur Riau Syamsuar mengatakan pihaknya bersama seluruh kepala daerah di wilayah setempat berusaha terus menjaga iklim investasi yang kodusif serta meningkatkan inovasi untuk memerikan kemudahan dalam pelayanan.
"Bersama rakyat kita terus menciptakan suasana yang aman dan damai agar investasi di Riau ini terus meningkat. Melalui kerja sama yang baik mulai dari permerintah provinsi, kabupaten/kota, bersama semua pengusaha dan masyarakat. Kami berharap mudah-mudahan target investasi yang ditetapkan pemerintah dapat terwujud untuk peningkatan pertumbuhan ekonomi," tuturnya.
Berdasarkan data Dinas Perindustrian Provinsi Riau, hingga saat ini jumlah Industri di wilayah setempat tercatat ada sebanyak 9.776 industri yang terbagi dalam 24 sub sektor.
Jumlah tersebut meliputi industri kecil sebanyak 9.448 industri, industri menengah sebanyak 160 industri, dan industri besar sebanyak 168 industri.
"Sampai hari ini pertumbuhan industri kecil dan menengah di Riau ini cukup signifikan dari segi kuantitasnya. Pertumbuhannya malah tidak terdeteksi oleh kita, contohnya yang memproduksi makanan, ini sangat cepat sekali pertumbuhannya," kata Kepala Dinas Perindustrian Provinsi Riau, Asrizal di sela waktu meninjau pelaksanaan Riau Expo 2019.
Kendati demikian, Asrizal mengatakan, para pelaku usaha yang bergerak di sektor industri kecil dan menengah kini masih menghadapi beberapa kendala, mulai dari kuantitas produk, kualitas, dan keberlanjutan.
"Dari sisi kuantitas produk, pelaku usaha kecil dan menengah bisa memproduksi tetapi tidak bisa memenuhi kebutuhan pasar. Kemudian dari sisi kualitas, mereka biasa terkendala dengan legalitas dan perizinan disamping kualitas lainnya. Dan mereka juga masih dihadapkan dengan masalah-masalah terkait dengan keberlanjutan usahanya," kata dia.
Selain itu, ungkap Asrizal, para pelaku usaha indusri kecil dan menengah di Riau juga masih terkendala dengan pemasaran produk. "Salah satu upaya kita untuk itu adalah melakukan upaya pembinaan dan melakukan MoU (kerja sama) dengan market place. Kita ajak mereka (pelaku usaha) untuk ikut pelatihan, kita latih mereka dan bekerja sama dengan market place," ujarnya.
"Namun, permasalahannya adalah, untuk pelaku industri kecil dan menengah kita itu, mereka tidak meng-upgrade hasil produksinya di market place, sehingga mereka selalu ada di bawah," tambahnya.
Asrizal menerangkan, agar mampu mandiri dan berdaya saing, para pelaku usaha kecil dan menengah harus memenuhi kewajibannya dalam hal perizinan.
"Legalitas industri kecil dan menengah itu ada enam, yakni izin usaha industri, izin pangan industri rumah tangga (untuk pangan), kemudian hak kekayaan intelektual mencakup merk, label, dan pengantarnya, kemudian izin edar makanan dalam negeri, setelah itu sertifikat halal, dan Standar Nasional Indonesia (SNI). Karenanya ini harus dipenuhi oleh industri kita supaya dia mandiri dan berdaya saing ke depannya," demikian Asrizal. (RB/Dwi)
SMSI Minta Presiden Terbitkan Perpu UU Kedaulatan Digital Pengganti UU ITE
RIAUBOOK.COM - INI cerita tentang ibu bernama Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) yang berusaha menyelamatkan hidup anak-anaknya, 2.000 lebih media…