RIAUBOOK.COM - Wakil Gubernur Riau Edy Natar Nasution menegaskan, dirinya setuju terhadap sikap kritis mahasiswa sebagai suatu bentuk koreksi terhadap kebijakan pemerintah yang dianggap tak bermanfaat.
Hal tersebut ia sampaikan langsung saat memberi pemaparan tentang upaya penanggulangan kebakaran hutan dan lahan (Karhutla) di hadapan ribuan mahasiswa Universitas Negeri Islam Sultan Syarif Kasim (UIN Suska) Riau yang tengah melakukan aksi unjuk rasa di Kantor Gubernur Riau pada tanggal 17 September 2019 lalu.
"Saya setuju pemikiran kritis, idealisme, itu harus dipelihara. Karena inilah bagian koreksi yang bisa memberikan masukan-masukan. Kalau melakukan protes untuk kebijakan yang tidak perlu, saya sangat setuju," tegasnya.
Dalam kesempatan tersebut, mantan Komandan Korem 031/Wirabima itu juga mengutarakan keinginannya agar para mahasiswa dengan jumlah yang begitu besar turut menggelar Salat Istiska dan berdoa supaya Tuhan menurunkan hujan.
"Melihat energi yang berlebih ini, saya memimpikan juga adik-adik (mahasiswa) mengambil wudhu kemudian kita salat. Dan bagi agama lain berdoa doa juga. Artinya upaya-upaya yang lakukan (fisik dan nonfisik) bersinergi," ujarnya.
Sementara, menanggapi tuntutan mahasiswa yang mendesak penanggulangan Karhutla, Wagubri mengatakan pemerintah sudah melakukan berbagai langkah konkret, di antaranya mulai dari sosialisasi pencegahan, menambah personel satuan tugas, melakukan penegakan hukum terhadap pembakar lahan, serta mendirikan posko dan rumah singgah bagi korban terpapar asap.
"Pasukan sudah ditambah berdasarkan instruksi Pak Presiden, pasukan yang ada sekarang sudah lebih dari 6000 personel, gabungan TNI-Polri ditambah dari Tagana, KLHK, BPBD dan Satpol-PP," tuturnya.
"Ditambah satuan TNI Payakumbuh dari Batalion 131, dan Batalion 123 di Padang Sidempuan, kemudian dari pasukan Arhanud yang ada di Pekanbaru. Artinya Satgas darat jumlahnya dipertebal. Karena ini juga memang tuntutan agar kita menyelesaikan masalah asap lebih cepat," tambah Wagubri lagi.
Sementara Satgas Udara, kata dia, kini ada 9 unit pesawat yang dioperasikan untuk penanggulangan Karhutla. "6 pesawat (helikopter) untuk water vombing, 2 pesawat untuk Teknologi Modifikasi Cuaca (TMC), dan 1 pesawat patroli," tuturnya.
Saat ini, ungkapnya, juga sudah didirikan sebanyak 40 posko dan rumah singgah untuk menangani masyarakat yang mengidap Infeksi Saluran Pernapasan Akut (ISPA) akibat terpapar asap.
"Apa yang menjadi tuntutan adik-adik mahasiswa sudah kita coba untuk mengakomodasikan dengan upaya-upaya secara secara maksimal. Selain kegiatan fisik seperti itu, kita juga melaksanakan kegiatan non fisik. Kita berupaya meminta pertolongan dari yang maha kuasa, harusnya ini juga kita (masyarakat Riau) lakukan," demikian Wagubri. (RB/Dwi)
SMSI Minta Presiden Terbitkan Perpu UU Kedaulatan Digital Pengganti UU ITE
RIAUBOOK.COM - INI cerita tentang ibu bernama Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) yang berusaha menyelamatkan hidup anak-anaknya, 2.000 lebih media…