RIAUBOOK.COM, JAKARTA - Bank Indonesia (BI) kantor pusat mencatat pencetakan uang tunai dengan berbagai pecahan di negara itu tumbuh 8,5 persen tiap tahunnya.
" Pertumbuhan permintaan uang tiap tahun berubah-ubah, kadang 7 persen tapi mau juga melebihi makanya kalau di rata-ratakan bisa berkisar 8,5 persen," kata Rahmat Hidayat Departemen Pengelolaan Uang (DPU) BI pusat pada acara Capacity Bulding wartawan di wilayah kerja KPw BI yang dilaksanakan di Jakarta, Sabtu (5/10/2019).
Rahmat Hidayat menjelaskan dengan besaran rata-rata pertumbuhan uang di Indonesia 8,5 persen, ini mengartikan penggunaan uang tunai masih banyak beredar di masyarakat ketimbang non tunai.
Walau diakuinya BI sudah mulai menggencarkan penggunaan uang non tunai sejak 2014, namun sepertinya sejauh ini masyarakat masih lebih mencintai dan nyaman menggunakan uang tunai ketimbang non tunai.
Sehingga adanya upaya untuk menetapkan target pertumbuhan uang tunai di masyarakat bukan menjadi prooritas bagi BI. Justru sebaliknya bank milik negara itu komit akan memenuhi kebutuhan rupiah berapapun akan tetap memenuhinya.
"Berapapun kebutuhan uang tunai di masyarakat akan dipenuhi walau di satu sisi BI tetap mendorong non tunai karena lebih efisien. Selama masyarakat masih membutuhkan akan ada dalam nominal yang cukup," tegasnya.
Secara trend sambungnya dari tahun pertahun secara rata-rata kebutuhan uang juga tumbuh, secara nominal masih 85 persen dari pangsa pasar peredaran uang.
Sedangkan untuk usia edar uang secara teknis BI memang tidak pernah mengukur tetapi sambung dia dari data statistik, uang 20 ribu ke atas bisa bertahan 3 tahun usianya dari keluar pertama kali hingga kembali ke BI sampai dimusnahkan.
"Pecahan lebih kecil lebih sering beredar di masyarakat lebih singkat usia edarnya yakni 1-2 tahun karena begitu masuk ke BI sudah tidak layak edar," tuturnya.
Menurut dia yang membuat pecahan nominal kertas besar lebih tahan, itu ada spesifikasi tersendiri, walau uang dilipat sampai ribuan kali masih layak edar karena bahannya kapas, bukan bahan kertas biasa.
Berbicara uang palsu, ia menambahkan, sejauh ini Indonesia masih lebih baik dibandingkan negara luar. Dimana dari satu iuta biliar uang beredar, hanya ada delapan lembar Rupiah palsu.
"Rupiah tidak terlalu banyak di palsukan tidak seperti mata uang asing yang mencapai puluhan lembar," imbuhnya.
Sejauh ini peta uang palsu terbanyak masih di Jawa dan Jakarta yang jumlahnya mencapai 100 ribu uang palsu, sedangkan di Riau cuma 70 lembar. (RB/Ver)
SMSI Minta Presiden Terbitkan Perpu UU Kedaulatan Digital Pengganti UU ITE
RIAUBOOK.COM - INI cerita tentang ibu bernama Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) yang berusaha menyelamatkan hidup anak-anaknya, 2.000 lebih media…