RIAUBOOK.COM - Sejumlah negara yang berada di lintasan katulistiwa menjadi wilayah yang tergolong aman dari serangan virus mematikan (covid-19).
Ketika negara-negara maju seperti Rusia, Tiongkok, Eropa hingga Amerika Serikat (AS) tengah mati-matian menghadapi wabah misterius yang telah merenggut ratusan ribu nyawa. Negara-negara di garis katulistiwa terlihat santai dalam upaya penanganan virus mahkota.
Sebelumnya, sejumlah negara katulistiwa yang meliputi Sao Tome, dan Principe, Gabon, Republik Kongo, Republik Demokratik Kongo, Uganda, Kenya, Somalia, Ekuador, Kolombia dan Brazil serta Indonesia, disibukkan dengan kondisi krisis ekonomi dan politik berkepanjangan.
Negara-negara katulistiwa itu juga dikenal dunia sebagai negara dengan tingkat kemiskinan tertinggi dan kebodohan sumberdaya manusia yang akut.
Dengan latar belakang yang buruk, sejumlah negara tersebut justru kini menjadi wilayah yang termasuk aman dari pandemi virus mahkota.
Hanya ada ratusan atau ribuan kasus virus corona di tiap negara, kecuali Indonesia yang telah menembus angka lebih 13 ribu penderita, dan terparah Brazil dengan angka penderita menembus angka 135.106 kasus.
Daratan yang diliputi katulistiwa dikenal sebagai negara tropis yang memiliki dua musim yakni panas dan musim hujan.
Dalam beberapa bulan lalu, negara-negara ini tengah memasuki musim hujan yang menyebabkan tingkat kelembabkan menjadi tinggi, namun beberapa wilayah masih dalam kondisi kemarau.
Peneliti kesehatan dunia sebelumnya menyebut kondisi itu yang menyebabkan sebaran virus corona tidak begitu meluas di negara tropis dan tingkat penyebaran menjadi terbatas.
Fokus pada Indonesia, sejumlah wilayah yang rentan sebaran covid-19 saat ini meliputi DKI Jakarta (4.950 kasus), Jabar, Jatim, Banten dan Jateng masing-masing terkonfirmasi ada 100 hingga 800 kasus per wilayah.
Sejumlah wilayah ini memiliki tingkat rentan tertinggi karena menjadi wilayah dengan arus manusia tertinggi di Indonesia selain pada periode Desember 2019 hingga Maret 2020 masuk musim kelembaban yang cukup tinggi.
Kemudian wilayah Sulsel, Bali, Sumut, Yogyakarta, Papua, Kaltim, Kepri, Kalsel, Kalteng, Sumbar, Sumsel, NTB, Kalut Lampung, Sulteng, Riau, Kalbar, Sulut, Aceh, Sulteng, Bangka Belitung, Maluku Jambi, Bengkulu, Sulbar, Malut, Papua Barat dan NTT, masing-masing terkonfirmasi telah ada 5 sampai 90 kasus covid-19.
Sejumlah wilayah ini menjadi daerah dengan tingkat sebaran virus paling rendah karena tingkat arus manusia juga rendah di tengah musim hujan yang normal.
Jika sebelumnya ada spekulasi prakira Indonesia akan memasuki gelombang kedua pandemi covid-19 pada April hingga Juli 2020, kondisi tersebut tidak mendasar.
Namun jika dilirik dari prakiraan cuaca oleh BMKG dan dikaitkan dengan analis kesehatan tentang perkembangan virus corona di dunia, menjadi anomali (ada keanehan), karena virus itu memang leluasa berkembang di wilayah daratan yang lembab atau dingin.
Seperti Amerika Serikat, virus mematikan itu leluasa berkembang dengan cepat pada puncak musim dingin di negara itu periode Desember 2019-Maret 2020.
Begitu juga negara-negara di Eropa dimana virus corona menyebar begitu luas pada saat puncak musim dingin di bulan yang sama.
Sementara di Rusia dan China, musim dingin telah lebih dulu melanda dua negara itu, mulai November 2019 hingga Februari 2020 covid-19 telah menjangkit ratusan ribu manusia di wilayah tersebut.
Untuk negara-negara seperti AS, Eropa, Rusia dan China diperkirakan gelombang kedua pandemi covid-19 sedang berlangsung saat anolami cuaca di negara-negara tersebut.
Sementara pada wilayah tropis seperti Indonesia yang memiliki dua musim, maka kemungkinan besar gelombang kedua sebaran virus mematikan itu akan terjadi pada akhir 2020 (khusus di Indonesia) pada saat musim hujan.
Berkembangan atau pertambahan jumlah kasus yang terjadi dalam beberapa pekan terakhir saat kemarau telah melanda sebagian besar wilayah Indonesia, diprediksi adalah sisa sebaran saat musim hujan (lembab) di bulan sebelumnya.
Bukan anomali, jika benar prediksi beberapa pekan kedepan kemarau, hingga akhir Mei 2020 tepatnya saat Lebaran Idul Fitri virus covid-19 akan nol penambahan di Indonesia.
Ini hanya prediksi, semoga saja terjadi...!
Penulis/editor: Fazar Muhardi
SMSI Minta Presiden Terbitkan Perpu UU Kedaulatan Digital Pengganti UU ITE
RIAUBOOK.COM - INI cerita tentang ibu bernama Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) yang berusaha menyelamatkan hidup anak-anaknya, 2.000 lebih media…