RIAUBOOK.COM - Kekuatan baru dunia telah muncul, dan Tiongkok adalah negara itu yang kini maauk salah satu dari enam negara yang meningkatkan persenjataan nuklirnya dalam setahun terakhir.
Stockholm International Peace Research Institute pada Senin, 15 Juni 2020 merilis sebuah laporan yang menunjukkan bahwa negara tirai bambu ini menambahkan 30 hulu ledak sejak penghitungan 2019.
Dikutip dari South China Morning Post pada Selasa, 16 Juni 2020 lima negara lainnya adalah India, Inggris, Pakistan, Israel, dan Korea Utara.
Akan tetapi menurut laporan tersebut semuanya meningkat kurang dari 20 hulu ledak.
"China berada di tengah modernisasi dan perluasan arsenal yang signifikan, dan India dan Pakistan juga dianggap meningkatkan ukuran persenjataan nuklir mereka," kata laporan itu.
Selain itu, meskipun enam negara telah meningkatkan jumlah hulu ledak nuklirnya, namun persediaan global terus menurun.
Hal ini karena pemilik dua gudang senjata terbesar-Rusia dan Amerika Serikat-telah mengurangi jumlah hulu ledaknya, sebagian besar untuk membongkar senjata-senjata tua.
"Pada saat yang sama, baik AS dan Rusia memiliki program yang luas dan mahal yang sedang berlangsung untuk mengganti dan memodernisasi hulu ledak nuklir, sistem pengiriman rudal dan pesawat, dan fasilitas produksi senjata nuklir mereka," demikian bunyi laporan itu.
Menurut laporan SCMP, Amerika memiliki 1.750 hulu ledak yang ditempatkan di rudal atau pangkalan dengan pasukan operasional-dan 4.050 hulu ledak cadangan atau pensiunan hulu ledak menunggu untuk dibongkar.
Pada awal 2020, sembilan negara yang terdiri atas AS, Rusia, Inggris, Prancis, Tiongkok, India, Pakistan, Israel dan Korea Utara, diperkirakan memiliki 13.400 senjata nuklir, 3.720 di antaranya dikerahkan dengan pasukan tugas aktif.
Sekitar 1.800 diantaranya disimpan dalam kondisi siaga tinggi, ujar laporan itu.
Meskipun enam negara telah menambah stok mereka, jumlah hulu ledak nuklir gabungan mereka sedikit lebih dari 2.000 atau kurang dari sepertiga dari total cadangan Rusia.
Selain nuklir, ancaman seperti senjata kimia dan biologi juga meningkat, membuat dunia lebih berbahaya dari sebelumnya.
Laporan itu juga memperingatkan perlombaan senjata di luar angkasa.
Sejak 2017, AS secara khusus menyatakan ruang untuk menjadi domain perang atau area untuk operasi militer ofensif dan defensif, dan Perancis, India dan Jepang telah mengikuti pimpinan Amerika dengan mengumumkan unit ruang militer yang didedikasikan.
Zhou Chenming, seorang pakar militer yang berbasis di Beijing, mengatakan perubahan dalam pembangunan militer dunia mengakibatkan keseimbangan yang semakin berbahaya antara perang dan perdamaian.
"Banyak negara sekarang mengembangkan sistem anti-rudal mereka sendiri yang melindungi negara-negara dari serangan hulu ledak nuklir, tetapi begitu sistem itu dikembangkan, itu akan mengarah pada petualangan militer-beberapa negara mungkin mengambil inisiatif untuk menyerang negara lain dan membuat dunia lebih berbahaya," tutur Zhou kepada South China Morning Post.***
sumber pikiranrakyat
SMSI Minta Presiden Terbitkan Perpu UU Kedaulatan Digital Pengganti UU ITE
RIAUBOOK.COM - INI cerita tentang ibu bernama Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) yang berusaha menyelamatkan hidup anak-anaknya, 2.000 lebih media…