RiauBook - Pusat Penelitian dan Pengembangan Kementerian Agama (Kemenag) menyatakan tren istri gugat cerai suami meningkat. Dalam empat tahun terakhir angkanya mencapai 70%. Dari dua juta pasangan yang mencatatkan perkawinannya, hampir 300.000 atau sekitar 15 % di antaranya berakhir di ketukan palu hakim Pengadilan Agama (PA).

Kepala Bidang (Kabid) Litbang Aliran dan Pelayanan Keagamaan Kemenag, Kustini Kosasih memaparkan temuan sementara tingginya gugat cerai terjadi lantaran meningkatnya kesadaran perempuan untuk mengambil keputusan, pengaruh media dan gaya hidup, kesetaraan dalam penguasaan modal ekonomi, dan lemahnya pemahaman agama.

Data Badan Peradilan Agama (Balidag) Mahkamah Agung (MA), terjadi 382.211 kasus perceraian pada 2014. Angka itu terus mengalami tren peningkatan sejak 2010. Saat itu, tercatat angka perceraian di Pengadilan Agama (PA) sebanyak 251.208 kasus.

"Meski kesimpulan ini terasa masuk akal, namun menyisakan diksi yang sumir bahwa perempuan dipuji karena memiliki kebenaran, namun pada saat bersamaan akan dipandang lemah secara moral," ujar Dia dalam acara Ekspos Hasil Penelitian dan Pengembangan Puslitbang Kemenag, dalam rilisnya di Jakarta,Selasa (22/12).

Dari hasil penelitian di tujuh daerah, yaitu Aceh, Palembang, Cilegon, Indramayu, Pekalongan, Banyuwangi, dan Ambon, memperlihatkan bahwa perbandingan data antara cerai gugat rata-rata di atas 50 % tiap tahunnya dibandingkan cerai talak.

"Faktor tidak ada keharmonisan menempati urutan teratas sebagai penyebab utama perceraian. Berikutnya diikuti faktor tidak ada tanggung jawab, ekonomi, dan gangguan kehadiran pihak ketiga," beber Kustini.

Namun faktor-faktor itu sangat dipengaruhi oleh karakteristik daerah dan juga pengaruh budaya. Di Cilegon dan Indramayu misalnya, faktor ekonomi sebagai penyebab utama. Sementara di Pekalongan, Padang, dan Banyuwangi, faktor tidak ada tanggung jawab menjadi faktor dominan dari maraknya perempuan melakukan gugat cerai ke Pengadilan Agama.

Kustini menambahkan, temuan tersebut menandakan bahwa perceraian terjadi  lantaran ada masalah-masalah yang belum terungkap ke permukaan. Beberapa di antaranya masih tersembunyi sehingga menjadi penyebab yang mengakibatkan masalah berlangsung secara terus menerus dan tidak bisa diselesaikan.

"Alasan istri menggugat cerai suami ternyata tidak sederhana, bahkan sangat kompleks. Alasannya juga tidak selalu menggunakan istilah hukum seperti yang digunakan di Pengadilan Agama," pungkas Kustini. Ojin