RIAUBOOK.COM - Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) Nadiem Makarim dicap tak paham pendidikan lantaran meluncurkan kebijakan Kampus Merdeka yang pada salah satu poinnya membolehkan mahasiswa menukar sistem kredit semester (SKS) dengan kegiatan di luar kampus.
Kritikan itu datang dari Pengamat dunia pendidikan Darmaningtyas. Dia mengatakan institusi pendidikan tinggi di Indonesia terbagi atas universitas, politeknik, institut, dan sekolah tinggi yang memiliki porsi praktik dan teori berbeda.
Menurutnya, kebijakan Kampus Merdeka yang diluncurkan Nadiem pada Jumat (24/1/2020) menyamaratakan semua pola pendidikan di tingkat perguruan tinggi.
"Karena enggak paham pendidikan tinggi, maka diasumsikan semua pendidikan tinggi harus melahirkan manusia pekerja," kata Darmaningtyas, Sabtu (25/1/2020) dilansir dari CNN Indonesia.
Darmaningtyas menjelaskan, penambahan ruang untuk magang tepat jika diberikan kepada politeknik dan institut. Namun tidak pada universitas dan sekolah tinggi yang notabene cenderung mengedepankan teori.
Dia juga menyayangkan kebijakan Kampus Merdeka jika mengusung orientasi pendidikan ke arah dunia kerja.
Sebab, menurutnya Indonesia juga membutuhkan lulusan-lulusan yang punya kemampuan di bidang ilmu pengetahuan.
"Pendidikan nasional akan makin kerdil kalau orientasi studi hanya kerja, kerja, dan kerja. Seharusnya kerja, mikir, dan kerjakan lagi dari yang dipikirkan. Unsur refleksi menjadi penting bagi mereka yang kuliah di universitas yang bertugas mencari kebenaran," jelasnya.
Dia juga mengkhawatirkan pengalihan SKS ke magang dilakukan dengan alasan banyak lulusan perguruan tinggi yang menganggur.
Darmaningtyas menegaskan cara pikir tersebut tidak benar.
"Bahwa isu yang berkembang kemudian banyak sarjana kita menganggur, masalahnya karena jumlah universitas lebih banyak. Harusnya kalau mau melahirkan manusia pekerja, yang diperbanyak politeknik," tuturnya.
Sumber: CNN Indonesia
SMSI Minta Presiden Terbitkan Perpu UU Kedaulatan Digital Pengganti UU ITE
RIAUBOOK.COM - INI cerita tentang ibu bernama Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) yang berusaha menyelamatkan hidup anak-anaknya, 2.000 lebih media…