RIAUBOOK.COM - Kondisi perekonomian masyarakat di Kabupaten Kepulauan Meranti, Riau, belakangan ini kian terpuruk, semua komoditi sembako harganya terus melangit.
Kalau selama ini sebagian barang tersebut bisa didatangkan dari negara tetangga, namun dengan kebijakan tutup keran dari Pemerintah Pusat membuat berbagai jenis bahan komoditi sembako itupun langsung melonjak tinggi.
Harga terus menaik, dan tidak diimbangi oleh kemampuan atau daya beli masyarakat. Akibatnya, baik masyarakat maupun para pedagang sama-sama menjerit. Tapi jeritan masyarakat golongan bawah dipastikan akan lebih melengking karena masyarakat dengan penghasilan rendah menjadi pihak yang paling dirugikan.
Demikian diungkakan Solahudin, warga Selatpanjang kepada RIAUBOOK.COM Senin (2/10/17). Udin mengungkapkan kebijakan pemerintah pusat yang menutup rapat keran masuknya barang dari kabupaten tetangga yang menjadi bagian dari FTZ terkesan mau membunuh masyarakat Kepulauan Meranti secara perlahan.
Pusat lupa atau sengaja melupakan sejarah bagaimana masyarakat Kepulauan Meranti selama ini hidup. Pertama kehidupan masyarakat bukanlah dengan pembangunan infrastruktur yang dibangun pemerintah, tapi kehidupan itu bermula dengan posisi atau letak wilayah yang berbatasan langsung dengan dua negara tetangga.
Sehingga kalau dahul kala, masyarakat dari kedua negara saling bekerjasama dalam menopang kehidupan sehari-hari. Kita dari Meranti membawa getah atau kayu teki ke seberang. Dan pulangnya kita bawa beras, gula dan lain sebagainya.
Artinya hubungan tersebut telah tercipta dan berhasil melampaui zaman demi zaman. Bahkan sebagian masyarakat Meranti sudah menjadi penduduk di negara tetangga tersebut.
Mata rantai hubungan itu tidk akan bisa diputuskan hingga kapanpun juga. Termasuk hubungan pekerjaan antara buruh dan tauke yang ada di kedua negara tetangga.
Namun alih-alih belakangan hubungan itu terkesan menjadi terlarang. Lantas masyarakat Meranti mau dikemanakan? Tanya Udin penasaran.
Udin berharap kepada pemeritah daerah dan propinsi agar mempertimbangkan atau meninjau kembali kebijakan pusat yang nyata-nyata telah merugikan masyarakat Meranti itu.
Jika kondisi parah ini terus berlangsung maka kita tidak tahu apa jadinya Meranti kedepan. Sebab jika semua barang kebutuhan masyarakat harus didatangkan dari Pulau Jawa itu sama halnya membunuh masyarakat secara perlahan.
Sebagai contoh kata Udin, selama ini harga gula pasir sebelum kebijakan penutupan keran dari Karimun, di pasar Selatpanjang harganya hanya berkisar Rp.9.000/ kg.
Namun dua tahun terakhir harus mendatangkan gula dari Jawa itu, maka harga di Selatpanjang menjadi dikisaran Rp.14.000/Kg.
"Begitu juga komoditi lainnya seperti cabai kering, kacang kuning dan lain sebagainya melonjak tinggi. Untuk itu masyarakat Meranti sangat berharap kebijakan pemerintah menutup keran barang dari Karimun ke Meranti itu, agar dibuka kembali, jika Meranti toh belum bisa masuk menjadi bagian dari FTZ," kata dia mengakhiri.(RB/jos)
Follow News : Riau | Kampar | Siak | Pekanbaru | Inhu | Inhil | Bengkalis | Rohil | Meranti | Dumai | Kuansing | Pelalawan | Rohul | Berita Riau
SMSI Minta Presiden Terbitkan Perpu UU Kedaulatan Digital Pengganti UU ITE
RIAUBOOK.COM - INI cerita tentang ibu bernama Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) yang berusaha menyelamatkan hidup anak-anaknya, 2.000 lebih media…