RIAUBOOK.COM - Salah satu "momok" paling mengerikan bagi mahluk Bumi adalah sampah plastik, apabila tidak terkelola dengan baik, benda ini akan menjadi "Bom Waktu" yang dapat menyebabkan malapetaka.
Berbagai hasil kajian akademis menunjukkan, sampah plastik telah membawa dampak negatif yang luar biasa bagi lingkungan dan manusia, di antaranya dapat menyebabkan gangguan pada rantai makan, mencemari tanah (landfill) dan air tanah, membunuh flora dan fauna, serta mengakibatkan polusi udara.
"Plastik ini tidak bisa terdekomposisi, dia tidak bisa terurai, dia hanya bisa terpecah menjadi partikel-partikel kecil yang kita sebut sebagai microplastic," kata Kepala Pusat Pengendali Pembangunan Ekoregion (P3E) Sumatera, Amral Ferry saat peringatan Hari Peduli Sampah Nasional ke-13 di Pekanbaru, (9/3/2019).
Asosiasi Industri Plastik Indonesia (INAPLAS) dan Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat, produksi sampah plastik di negara ini pertahunnya mencapai 64 juta ton, dimana 3,2 juta ton merupakan sampah plastik yang dibuang ke laut.
Hal ini pula yang menyebabkan Indonesia menduduki peringkat kedua sebagai negara penyumbang sampah terbesar di dunia, "Ini bukan prestasi, kita harus malu dengan kondisi ini, karena masalah sampah adalah masalah yang serius," kata Amral.
Dikatakan Amral, pada tahun tahun 2025 Indonesia menargetkan zero waste (bebas sampah), "sampah tidak mungkin nol, yang dimaksud nol itu, 30 persen harus kita kurangi dan 70 persen harus kita kelola".
Upaya untuk mengatasi permasalahan sampah plastik kini semakin gencar dilakukan, termasuk di "Bumi Lancang Kuning". Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan (DLHK) Provinsi Riau Ervin Rizaldi mengatakan pihaknya terus berupaya untuk meningkatkan kesadaran masyarakat akan pentingnya menjaga lingkungan dengan mengurangi penggunaan kemasan plastik.
"Kita di provinsi tugasnya mengkordinir untuk penanganan sampah ini, peran kabupaten/kota sangat penting dalam hal ini. Kita tidak punya armada dan tidak punya wilayah, tapi kita selalu teriak-teriak mengajak masyarakat untuk menjaga lingkungan, sekarang sekolah-sekolah penerima Adhiwiyata terus meningkat, Adhiphura juga demikian," kata Ervin.
Pemerintah Provinsi Riau turut mengajak masyarakat untuk mendukung gerakan minum tanpa kemasan plastik yang sudah dicanangkan beberapa waktu lalu, " mari kita mulai dari yang kecil-kecil, seperti meminimalisir atau tidak menggunakan kemasan plastik," ajak Ervin.
Dikatakannya, setiap orang bisa menjadi duta lingkungan dengan cara 3 R, ; Reduce (mengurangi), Reuse (menggunakan kembali), Recycle (mendaur-ulang sampah).
Plt. Asisten II Setdaprov Riau Indra (nomor tiga sebelah kiri) didampingi Kepala Dinas Lingkungan Hidup dan Kehutanan Provinsi Riau Ervin Rizaldi (nomor dua sebelah kiri) bersama stake holder ingatkan masyarakat jaga lingkungan dengan 3 R, saat acara peringatan Hari Peduli Sampah Nasional ke-13 di Gedung Daerah, Pekanbaru. (Foto Dwi)
Saat ini DLHK Riau telah membentuk puluhan Bank Sampah dan terus melakukan pembinaan terhadap para pegiat lingkungan. Bank Sampah Pematang Budu Bersih yang dikelola oleh seorang pegiat lingkungan bernama Kambas Hutabarat, merupakan salah satu contoh Bank Sampah yang telah berhasil memberikan edukasi dan merubah pola pikir masyarakat tentang pentingnya pengelolaan sampah plastik.
"Kita masuk ke sekolah-sekolah untuk memberikan pendidikan, karena prioritas dari Bak Sampah itu adalah merubah bagaimana pola pikir kita terhadap sampah. Kita menerapkan ke siswa bahwa mereka tidak boleh membuang sampah, melainkan mereka harus mengelola sampah," kata dia.
Bank Sampah yang telah beroperasi di Kecamatan Mandau, Kabupaten Bengkalis sejak tahun 2015 lalu itu, juga sudah berhasil menularkan semangat peduli lingkungan kepada 23 sekolah di daerah tersebut.
"Saat ini ada 23 sekolah yang sudah kita bentuk bank sampah unit sekolah, dengan 600 nasabah," tutur Kambas.
Ungkapnya, saat ini seluruh nasabah dan Bank Sampah dibawah binaannya telah merasakan manfaat secara langsung dari pengelolaan sampah plastik, "yang pertama, lingkungan kita akan bersih dan sehat. Yang kedua, akan mendapatkan nilai ekonomi, bahkan ada satu sekolah yang tiap Minggu bisa mendapatkan Rp1 juta, itu mereka manfaat untuk keperluan membeli kompos, dan lain sebagainya".
Gubernur Riau Syamsuar menilai, penangangan masalah sampah plastik merupakan tanggung jawab bersama yang dimulai dari diri sendiri.
"Ini yang menjadi harapan kami, kami mengimbau supaya sampah plastik ini menjadi tanggung jawab kita bersama. Saya sudah ingatkan ke teman-teman Organisasi Perangkat Daerah (OPD), ke depan tak ada lagi air mineral dalam kemasan plastik, bolah dengan botol kaca, saya akan tindak lanjuti mengenai ini, apakah dengan Pergub atau dengan Perda," demikian Syamsuar. (RB/Dwi)
Manfaat Medsos Bagi Praktisi Public Relations Saat Pandemi Covid-19
RIAUBOOK.COM - Menurut jurnal komunikasi yang saya baca tentang "Pemanfaatan Sosial Media bagi Praktisi Public Relations di Yogyakarta" Internet pada…