Riau Book- Presiden Filipina Rodrigo Duterte adalah presiden yang sangat fenomenal. Dalam perang melawan narkoba, Duterte membuat sayembara dan menyediakan uang bagi pembunuh-pembunuh bayaran yang menghabisi pengedar dan pengguna narkoba. Seperti pengakuan Ace dan Sheila (nama samaran,red), yang mengaku telah menghabisi 800 pengedar narkoba.

Pasangan suami-istri ini mengaku dibayar senilai 100 dollar Australia untuk setiap kali membunuh pengedar maupun pengguna narkoba. Bos yang membayar pasangan ini adalah polisi Filipina.

Dilansir dari sindonews, pasangan ini adalah bagian dari dead squad (skuat maut) yang diberi perintah untuk membunuh para pengedar dan pengguna narkoba jika melawan ditangkap oleh polisi Filipina. Meski mengaku merasa ngeri dengan pekerjaan sebagai pembunuh bayaran, mereka terpaksa melakukannya demi mendapatkan uang agar empat anak mereka tidak kelaparan.

Ace dan Sheila tak bisa berhenti dari pekerjaaannya sekarang ini, karena perang melawan narkoba yang dikobarkan Presiden Rodrigo Duterte belum rampung. Jika nekat berhenti atau mengundurkan diri dari pekerjaannya, mereka khawatir jadi target pembunuhan.

Pengakuan Ace dan Sheila muncul dalam wawancaranya dengan media Australia, SBS, yang dilansir Senin kemarin (24/10/2016).

"Hanya dengan panggilan telepon kami mendapatkan identifikasi seseorang, kami hanya akan mendasarkan pada itu. Kemudian, jika kami menemukan orang yang dimaksud, kami segera masuk dan membunuhnya. Dan kemudian pergi," kata Ace.

"Kami mengatakan dapat membunuh mereka, karena bos adalah seorang polisi yang terkenal. Saat saya diberi foto, secara otomatis menjadi pekerjaan bagi kami (untuk melakukannya). Pekerjaan ini terkait narkoba," lanjut Ace.

"Sejak awal, ketika saya mulai ini, saya tahu itu benar-benar berisiko. Tapi, jika saya tidak melakukannya, ada risiko yang lebih besar bahwa saya tidak akan mampu memberi makan keluarga saya. Karena saya tidak bisa melakukan pekerjaan lain," ujar Ace.

Sedangkan Sheila diterjunkan jika target tidak bisa didekati seorang pria. Dia mengaku jadi andalan dalam tim dead squad-nya. Tim skuat maut dalam perang narkoba di Filipina bukan hanya satu, tapi banyak. Itu pun dengan bos yang berbeda-beda, meski targetnya sama-sama pengeder dan pengguna narkoba.(ria)


Follow News : Riau | Kampar | Siak | Pekanbaru | Inhu | Inhil | Bengkalis | Rohil | Meranti | Dumai | Kuansing | Pelalawan | Rohul | Berita Riau