RIAUBOOK.COM - Masih ingat kisruh Partai Demokrat Riau, ketika bendera 'mercy' di robek dan dibakar oleh kader dan simpatisan. Situasi itu seperti menggambarkan kondisi terkini, tentang; 'Demokrat yang sedang tak baik-baik saja'.

Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) masih menjadi 'ruh' yang berkuasan. Titisannya bernama Agus Harimurty Yudhoyono (AHY), menjalankan roda politik lewat kendali 'ruh' yang perkasa.

Namun situasinya tentu berbeda, menyatukan dua 'otak' untuk suatu tindakan tidak gampang. Meski dua 'otak' itu dibentuk dari darah yang sama.

Tindakan dapat dipengaruhi keadaan (situasi), kondisi itu bisa memengaruhi perintah 'otak ganda' sehingga sel inti tidak lagi memberikan asupan yang cukup. Hasilnya 'neuron' sebagai unit kerja sistem saraf pusat bisa menolak perintah akibat tidak diterjemahkan dengan baik.

Situasi ini, benar-benar terjadi saat ini dalam internal Partai Demokrat. Kekisruhan 'sel inti' di internal partai akibat kinerja 'otak ganda' mengakibatkan terjadinya pembelahan luar biasa.

Masalah di Riau terkait 'kudeta' Ketua DPW Asri Auzar bahkan masih berjalan. Kelompok ini membentuk garis baru dan menggugat hasil Musda sebelumnya yang menetapkan Agung Nugroho sebagai pengganti tetap.

Perlawanan arus bawah dari 'sel tepi' langsung mengarah pada 'otak' dan 'sel inti'. Asri mengguncang Demokrat, menyalahkan keputusan (seakan) AHY terlibat dalam kudeta untuk dirinya.

Kisruh Partai Demokrat bahkan semakin luas. Situasi lebih rumit ketika Kepala Staf Presiden (KSP) Jend Moeldoko turun 'gunung' dan menciptakan 'karma' bagi 'mercy'.

Melalui Kongres Luar Biasa (KLB) Deli Serdang, Jumat (5/3/2021), Moeldoko kemudian ditetapkan sebagai Ketua Umum (Ketum) Demokrat.

Ketum Partai Demokrat, Agus Harimurti Yudhoyono versi KLB tahun 2020 menilai penetapan itu ilegal. Perseteruan dua nama tersebut pun tak dapat dihindarkan.

Sejatinya Moeldoko adalah otak yang terbentuk dari 'sel-sel sakit' Partai Demokrat. Kelompok itu mencari cara untuk menggantikan posisi 'otak ganda' dan menghidupkan 'neuron-neuron' yang mati.

Kekuatan Moeldoko sudah cukup menggoyahkan, upaya itu berhasil menciptakan 'sel-sel ganda' dalam internal partai.

Berbagai upaya terus dilakukan untuk membuat Demokrat benar-benar sakit. Kader-kader terbaik satu persatu mulai meninggalkan Partai Mercy.

Politikus senior Partai Demokrat di Sulawesi Selatan, Ilham Arief Sirajuddin baru-baru ini mengambil langkah tegas. Dia meninggalkan Demokrat dan berpaling ke Partai Golkar.

Langkah sama juga dilakukan Bayu Airlangga, legislator di DPRD Jawa Timur. Menantu mantan Gubernur Jatim Soekarwo itu telah resmi pindah dari Demokrat ke Golkar.

Sebelumnya sejumlah kader Partai Demokrat di Nusa Tenggara Timur (NTT) melakukan aksi unjuk rasa di di kantor DPD Partai Demokrat NTT, Kupang, Selasa (4/1/2022) siang.

Kader Demokrat yang berunjuk rasa itu adalah simpatisan pendukung Jefri Riwu Kore (Jeriko). Dia juga merupakan 'sel sayap' Demokrat yang 'dikudeta'.

Situasi yang rumit. Demokrat benar-benar dalam kondisi tidak baik-baik saja.

Oleh Fazar Muhardi