GUNUNG Singgalang, Gunung Marapi, keduanya 'hilang' di siang hari setelah kolong jerebu merambat hingga ke nyaris seluruh nagari (desa) di Sumatera Barat.

"Semua tidak ada yang kebetulan, Allah sudah menetapkan takdir termasuk kabut asap yang sampai ke nagari-nagari di Sumatera Barat," kata Khatib di atas mimbar Shalat Jumat,

20 September 2019.

Siang itu pemandangan indah Kota Bukittinggi terperangkap jerebu, bukit-bukit menjulang di 'negeri awan', asap kebakaran lahan (karla) di Riau begitu ganas, menangkap nagari-nagari hingga berada di kolong jerebu.

Khatib mengingatkan pedihnya azab ketika pemimpin tak lagi mendengarkan jeritan rakyat, hukum kehilangan iman, maka bencana sebagai tanda kemurkaan alam.

"Tempat perlindungan hanya tinggal satu, dan menjadi perlindungan satu-satunya, yakni memohon pengampunan kepada Allah SWT," demikian Khatib.

Dalam rentan waktu beberapa pekan terakhir, sebagian besar wilayah di Sumatera Barat telah terkena imbas asap kebakaran lahan Riau.

Nagari-nagari atau desa-desa di Kabupaten Agam dan Kota Bukittinggi 'terkurung' asap yang turun bersama embun pagi yang bertahan hingga malam.

Sejumlah warga perkotaan mulai mengenakan masker sebagai upaya mengantisipasi infeksi saluran pernafasan atas, namun sebagian penduduk desa tak menghiraukan ancaman itu.

Mereka tetap turun ke sawah, ke ladang-ladang, sebagian menanam, sementara sebagian lagi memanen hasil pertanian.

(fzr)