RIAUBOOK.COM - Virus corona mengalami mutasi yang kian melemah, mereka menangkap sinyal harapan baru bahwa pandemi virus corona akan segera berakhir, demikian diungkap para peneliti di Arizona State University.
Dilansir dari situs Express UK, mutasi virus corona kian melemah sama seperti yang ditemukan pada virus SARS di tahun 2003 lalu, hal itu berdampak pada kemampuan virus menembus sistem kekebalan tubuh manusia.
Mantan Director of the World Health Organization (WHO)Â Cancer Programe, Karol Sikora mengatakan bahwa mutasi virus itu sudah kehilangan potensinnya hingga tinggal sebagian.
"Para ilmuwan di Arizona telah mendeteksi mutasi dalam sampel virus corona. Jangan khawatir, itu telah kehilangan sebagian potensinnya," tulis Karol dalam akun Twitter pribadinnya.
Lebih lanjut, Karos juga mengungkapkan, ketika fenomena mutasi virus kian melemah terjadi pada SARS 2013, hal itu menjadi penanda awal dari akhir wabah tersebut.
Namun, ia mengingatkan bahwa penelitian ini baru dilihat dengan menggunakan satu sampel uji, untuk itu belum dapat ditarik kesimpulan secara pasti, para peneliti perlu mengkaji lebih dalam.
Dilaporkan Express, para peneliti mengambil 382 sample dari pasien corona di negara bagiannya. Mereka menemukan adanya satu sampel yang sudah kehilangan sebagian besar materi genetik virusnya.
Para ilmuwan tersebut mengklaim hal itu membuat virus menjadi lebih lemah dan memberi sinyal harapan baru bahwa pandemi corona ini akan segera berakhir.
Mereka juga memperkirakan kasus seperti ini akan muncul lebih banyak nantinnya. Selain itu, mereka juga melaporkan dari 30.000 huruf asam ribonukleat (RNA) yang ada dalam virus ini, 81 huruf di antaranya telah menghilang.
Kepala Peneliti, Dr. Efrem mengatakan protein-protein ini terkandung di sana tidak hanya untuk ditiru, tetapi untuk membantu meningkatkan virulensi dan menekan sistem kekebalan tubuh.
Hal itu akan berkembang dengan bentuk virus yang lebih lemah pada fase akhir pandemi.
"Itu berkembang dengan bentuk yang lebih dilemahkan pada fase akhir epidemi," ujar Dr. Afrem kepada Express.
Belakangan diketahui, berita ini muncul setelah Inggris (UK) menyalip Italia dengan jumlah terinfeksi dan kematian terbanyak di Eropa. Tercatat lebih dari 32.000 meninggal dunia tercatat sejak awal menyerangnya pandmei corona di Eropa.
Sementara itu, sejumlah negara di dunia masih melaporkan kenaikan angka terinfeksi hingga mencapai 3.687.773 orang, diantaranya 1.220.664 dinyatakan sembuh, kemudian 255.142 orang telah meregang nyawa.
sumber Express UK / pikiranrakyat
SMSI Minta Presiden Terbitkan Perpu UU Kedaulatan Digital Pengganti UU ITE
RIAUBOOK.COM - INI cerita tentang ibu bernama Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) yang berusaha menyelamatkan hidup anak-anaknya, 2.000 lebih media…