RIAUBOOK.COM - Dewan Perwakilan Rakyat Daerah (DPRD) Kota Dumai menggelar sidang paripurna istimewa dalam rangka peringatan Hari Ulang Tahun (HUT) ke-18 Kota Dumai, Kamis (27/4/2017).
Ketua DPRD Dumai Gusri Effendi memimpin langsung paripurna istimewa didampingi Wakil Ketua Idrus dan Zainal Abiddin. Sementara dari eksekutif hadir Wali Kota Dumai, Zulkifli AS.
Teks foto: Para anggota DPRD Kota Dumai serius mengikuti Sidang Paripurna Istimewa sempena HUT ke-18 Kota Dumai.
Selain dihadiri para anggota DPRD Kota Dumai, tampak pula para tamu undangan dari unsur Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Dumai, para pejabat dan ASN di lingkup Pemko Dumai, tokoh masyarakat, tokoh adat dan alim ulama.
Sidang paripurna istimewa berlangsung sukses dan meriah. Dalam ruangan sidang terasa kental semangat pembangunan dan perjuangan.
"Kami berharap seluruh masyarakat agar menjadikan peringatan hari jadi kota Dumai sebagai momentum serta wahana penguatan daerah dengan menilik sejarah terbentuknya Kota Dumai hingga maju saat ini, dan kita semua perlu menghargai perjuangan yang dilakukan oleh para pejuang pendiri kota yang kita cintai ini," kata Gusri Effendi dalam kata pengantarnya.
Teks Foto: Unsur Forum Komunikasi Pimpinan Daerah (Forkopimda) Kota Dumai.
Gusri Effendi dalam pidato pengantarnya menegaskan Kota Dumai yang mempunyai julukan Mutiara di Pantai Timur Sumatera ini telah menunjukkan kemandiriannya sebagai daerah otonomi. Pencapaian ini tak lepas dari perjuangan Komite Reformasi Masyarakat Dumai.
Gusri menambahkan, bakti dan perjuangan para pendiri daerah ini patut mendapat penghargaan. Oleh karena itu masyarakat diimbau untuk mengenang jasa pelaku sejarah tersebut dengan cara menanamkan nilai luhur kecintaan mendalam demi kemajuan Dumai dimasa yang akan mendatang.
"Saya atas nama lembaga DPRD Kota Dumai beserta seluruh anggota mengucapkan tahniah atas hari jadi ke-18 Kota Dumai dan semoga ke depannya pembangunan semakin maju dan masyarakat makmur sejahtera," katanya lagi.
Sebelumnya, Walikota Dumai Zulkifli AS menyampaikan, Pemerintah Kota Dumai berharap hari jadi Dumai ke 18 tahun 2017 ini dijadikan sebagai momen penting bagi masyarakat untuk mengembalikan ingatan kepada amal bakti dan jasa para pejuang otonomi.
"Kita harus menyatukan visi dan persepsi serta meningkatkan persatuan dan kesatuan, sehingga menjadikan suatu penuntun dan kekuatan agar daerah ini lebih baik dan lebih maju," kata Wali Kota.
Selain itu, memberikan motivasi kepada masyarakat Dumai untuk terus bertekad memajukan dalam setiap aspek kehidupan di masa kini dan mendatang, dan usia 18 tahun dalam laju ruang dan waktu menandakan bahwa daerah ini berada dalam tahap menuju kedewasaan.
Karena itu, patutlah semuanya menyadari bahwa dalam masa aktif mengembangkan kota ke depan harus ada energi bersama untuk mampu mendorong performa dan kinerja terbaik dalam penyelenggaraan pemerintahan yang baik.
Sebagai kota baru berkembang, wajar jika Kota Dumai dihadapkan pada berbagai persoalan, sehingga harus ada kejelian dalam mengelola persoalan menjadi suatu kesempatan dan salah satu barometer kemajuan di berbagai bidang dengan mengedepankan kebersamaan.
Pemerintah akan terus melaksanakan program pembangunan di berbagai bidang, misalnya sektor pendidikan, infrastruktur, kesehatan hingga pengembangan sektor ekonomi kecil dan menengah.
"Kita mengajak seluruh aparatur untuk meningkatkan kebersamaan dan kegotongroyongan, fungsi koordinasi; mensinergikan organisasi perangkat daerah agar program pembangunan disusun dapat terlaksana baik dan dirasakan manfaatnya oleh masyarakat," sebutnya.
Asal Muasal Kota Dumai
Setiap perayaan HUT Kota Dumai, pemerintah setempat senantiasan ingin mengenang asal muasal berdirinya daerah ini sebagai modal penanaman sejarah pada masyarakat di daerah ini.
Bak cerita rakyat, bahwa legenda putri tujuh begitu dekat dengan asal-muasal Kota Dumai, Provinsi Riau.
Legenda itu berkembang secara lisan di masyarakat Dumai. Bukti dari legenda itu adalah adanya makam Putri Tujuh di dalam kompleks kilang minyak Pertamina Unit Pengolahan (UP) II Dumai.
Teks foto:Anggota Ikatan Keluarga DPRD (IKD) Kota Dumai dan juga Tim Penggerak PKK Kota Dumai serta tamu undangan.
Konon pada zaman dahulu, berdiri sebuah kerajaan bernama Seri Bunga Tanjung di daerah Dumai yang dipimpin seorang ratu bernama Cik Sima.
Ratu itu memiliki tujuh putri yang rupawan yang dikenal dengan sebutan Putri Tujuh. Mayang Sari, merupakan anak bungsu dari Cik Sima dan paling cantik di antara tujuh putrinya.
Kulitnya lembut diibaratkan sutra, wajahnya elok bagai bulan purnama, bibirnya merah bak delima, dan alisnya bagai semut beriring. Rambutnya yang panjang dan ikal digambarkan seperti terurai bagai mayang. Putri bungsu itu juga dikenal dengan Mayang Mengurai.
Suatu ketika, tujuh putri itu dikisahkan sedang mandi di Lubuk Sarang Umai. Kegiatan mereka tanpa disengaja dilihat oleh Pangeran Empang Kuala. Sang pangeran begitu takjub dengan kecantikan Mayang Mengurai.
Saking terpesonanya, sang pangeran bergumam, "Gadis cantik di Lubuk Umai, cantik di Umai. Ya..ya.. Dumai, Dumai." Penyebutan itulah yang kemudian diyakini menjadi asal-muasal kata Dumai.
Pangeran yang kasmaran itu kemudian mengirim utusan ke Kerajaan Seri Bunga Tanjung untuk meminang Putri Mayang Sari. Namun pinangan tersebut ditolak oleh Ratu Cik Sima. Alasannya, sang pangeran hanya berhak meminang putri tertua dari tujuh bersaudara itu. Sementara itu, putri paling bungsu, yakni Mayang Sari hanya berhak dipinang bila keenam saudara tertuanya sudah disunting.
Penolakan atas alasan adat tersebut membuat Pangeran Empang Kuala murka. Ia pun mengerahkan pasukan untuk menyerang Kerajaan Seri Bunga Tanjung. Ratu Cik Sima pun tidak takut tantangan perang tersebut. Sebelum berperang, ratu mengungsikan tujuh putrinya ke hutan di sebuah lubang tertutup kayu dan berlapis tanah serta terlindungi pepohonan. Ratu juga membekali putrinya makanan yang cukup untuk tiga bulan.
Perang yang berkecamuk membuat Ratu lupa dengan kondisi anaknya. Setelah empat bulan perang dan berakhir damai, Ratu baru ingat dengan tujuh putrinya.
Sayangnya mereka didapati sudah meninggal di dalam lubang persembunyainnya karena tidak makan dan minum. Lubang tempat persembunyian tersebut kemudian jadi tempat peristirahatan terakhir tujuh putri.
Legenda Putri Tujuh tersebut kemudian diabadikan sebagai nama Kilang Minyak Putri Tujuh Pertamina UP II Dumai, Riau. (advertorial)
Follow News : Riau | Kampar | Siak | Pekanbaru | Inhu | Inhil | Bengkalis | Rohil | Meranti | Dumai | Kuansing | Pelalawan | Rohul | Berita Riau
SMSI Minta Presiden Terbitkan Perpu UU Kedaulatan Digital Pengganti UU ITE
RIAUBOOK.COM - INI cerita tentang ibu bernama Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) yang berusaha menyelamatkan hidup anak-anaknya, 2.000 lebih media…