RIAUBOOK.COM - Emansipasi dan kesetaraan gender telah memberikan kesempatan kauh hawa untuk berprestasi seperti kaum adam. Namun sayangnya, prestasi dari enam orang hijabers asal Herat, Afghanistan ini terganjal perizinan di Amerika Serikat (AS).
Enam remaja belia ini hendak mengikuti kompetisi di ajang robot internasional FIRST Global Challenge yang dihelat di Washington D.C., Amerika Serikat. Sayangnya, mereka tak bisa menghadiri kompetisi tersebut karena visa mereka sudah dua kali ditolak padahal telah terdaftar sebagai peserta.
Mereka mengajukan visa bisnis untuk bertanding di kompetisi itu selama kurang lebih tujuh hari. Padahal butuh perjuangan buat mereka dengan berjalan kaki ketika datang ke kedutaan Amerika di Afghanistan karena jarak tempuh yang sangat jauh.
Saat ditolak pertama kali, mereka tidak menyerah. Kemudian para hijabers muda itu kembali lagi dan berharap bisa melakukan wawancara. Sayangnya mereka ditolak masuk ke Amerika lagi. Menurut Forbes, visa ke Amerika dari Afghanistan memang sulit didapatkan.
Berdasarkan data di Departemen Luar Negeri, hanya 32 visa yang bisa dikeluarkan tahun lalu. Teror ISIS serta penyerangan kaum ekstremis termasuk peraturan rezim Donald Trump menyebabkan para hijabers berprestasi itu tak bisa unjuk gigi di ajang kompetisi sains robotika internasional.
Ternyata bukan peserta dari Afghanistan saja yang dilarang datang ke Amerika Serikat, tim asal Gambia juga tak memperoleh visa. Padahal tim dari negara lain serupa seperti Iran, Irak, dan Sudan, sudah berada di sana.
Wanita pertama di dunia teknologi Afghanistan sekaligus CEO Afghan Citadel Software Company Roya Mahboob, merasa kecewa dengan hal tersebut. Roya mengaku sedih melihat enam hijabers itu menangis karena tak bisa berangkat ke Amerika Serikat.
Roya memang yang membantu para siswi berhijab itu untuk menyiapkan robot mereka. Butuh waktu yang cukup lama mulai dari proses hingga menunggu selama berbulan-bulan saat masuk bea cukai. Petugas perlu memastikan kalau bahan baku dari robot ciptaan mereka tidak mengandung bom atau unsur teror lainnya terkait ISIS.
Meski keenam hijabers tersebut tidak bisa berangkat namun robot pemilah bola ciptaan mereka siap bertanding. Kabarnya robot itu sudah dapat izin melakukan perjalanan ke Amerika Serikat. Keenam hijabers muda ini tak menyerah dan mereka berharap robot ciptaan mereka bisa menjadi yang terbaik saat bersaing dengan 163 robot lainnya.
"Kami ingin menunjukkan kepada dunia bahwa kita bisa melakukannya, kita hanya butuh kesempatan," ujar Fatemah, salah satu pencipta robot berusia 14 tahun. (RB/woli)
Follow News : Riau | Kampar | Siak | Pekanbaru | Inhu | Inhil | Bengkalis | Rohil | Meranti | Dumai | Kuansing | Pelalawan | Rohul | Berita Riau
SMSI Minta Presiden Terbitkan Perpu UU Kedaulatan Digital Pengganti UU ITE
RIAUBOOK.COM - INI cerita tentang ibu bernama Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) yang berusaha menyelamatkan hidup anak-anaknya, 2.000 lebih media…