RIAUBOOK.COM - Salah satu masalah yang terjadi di bumi adalah jumlah penduduk yang terus bertambah, mengakibatkan penambahan jumlah konsumsi dan semuanya memiliki tujuan untuk mencari kesejahteraan sehingga berdampak pada eksploitasi bumi.
Susilo Sudarman, yang menjabat sebagai Sustainability Manager Riau Andalan Pulp and Paper (RAPP) mengatakan itu dalam seminar berjudul buliding sustainable future today di Hotel Fave, Padang, Sumatera Barat, Senin (13/11/2017).
Seminar tersebut termasuk dalam rangkaian acara Media Gathering Goes To Sumbar 2017, yang diadakan RAPP mulai tanggal 13 sampai dengan 15 November dengan 17 orang peserta dari berbagai media di Provinsi Riau.
Untuk mengatasi masalah tersebut, menurut dia perlu dilakukan upaya peningkatan produktivitas.
Susilo juga menjelaskan bahwa dalam menjaga dan menjalankan sustainable, RAPP yang dalam usahanya terkait dengan bidang kehutanan dan banyak memanfaatkan lahan hutan produksi, sudah mengarah pada restorasi dan tidak melakukan eksploitasi dalam menjalankan usahanya.
Susilo juga menjelaskan bahwa untuk melihat sustainable tidak bisa hanya melihat dari satu lini, namun juga harus melihat pada semua lini, menuratnya.
"ketika berbicara sustainable, kita harus melihat semua scape, bukan cuma di hulu," Susilo mengatakan.
Kata Susilo, yang juga menjadi kendala dalam mewujudkan sustainable adalah masalah perbedaan wilayah dan pemerintahan, serta menyangkut ego politik.
"Untuk mewujudkan sustainable city banyak kendalanya, dan memerlukan biaya yang besar, belum lagi masalah ego politikal, perbedaan wilayah, sementara dalam berbicara sustainable kita harus melihat scape secara keseluruhan," kata Susilo.
Menurut Susilo, sekarang ini banyak perusahaan-perusahaan kompetitor luar negri yang mencari cara untuk menjatuhkan perusahaan nasional yang bergerak dalam usaha pulp and paper dengan persaingan tidak sehat.
"Mereka punya proteksi dengan membatasi pemasaran utuk negara mereka, kita sering dipersulit dengan aturan-aturan yang diskriminatif untuk memasarkan produk kita keluar negeri, mereka bermain cantik dengan mengangkat isu-isu lingkungan, bahkan termasuk masalah HAM, bahkan sampai pada meng "cut" perbangkan yang menjadi permodalan usaha kita, karena dalam jangka waktu 4,5 tahun kita sudah bisa produksi, sementara mereka harus menunggu lebih dari 20 tahun," Susilo menjelaskan. (RB/Dwi)
Follow News : Riau | Kampar | Siak | Pekanbaru | Inhu | Inhil | Bengkalis | Rohil | Meranti | Dumai | Kuansing | Pelalawan | Rohul | Berita Riau
SMSI Minta Presiden Terbitkan Perpu UU Kedaulatan Digital Pengganti UU ITE
RIAUBOOK.COM - INI cerita tentang ibu bernama Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) yang berusaha menyelamatkan hidup anak-anaknya, 2.000 lebih media…