RIAUBOOK.COM - Ai Fen, dokter perempuan asal Wuhan yang melaporkan penyebaran virus corona pertama di China menghilang.
Publik menduga dia sengaja dilenyapkan dan ditahan aparat setempat.
Dr Ai Fen sebelumnya memang membuat pejabat rumah sakit pusat Wuhan dan aparat China marah besar. Ini terkait aksinya memberi data dan gambar rahasia soal pasien pertama berlabel 'virus corona SARS' pada publik.
Dia bersama satu dokter China lainnya, yang belakangan meninggal karena virus corona, ketika itu diinterogasi polisi dan dipaksa untuk menandatangani dokumen yang mengakui bahwa informasi yang dia terbitkan adalah palsu.
Bukan cuma Ai Fen, tiga jurnalis asal China belakangan juga dilaporkan menghilang. Ketiganya adalah Fang Bin, Chen Qiushi serta Li Zehua. Menurut laporan yang dihimpun, mereka adalah orang-orang yang aktif membagikan liputan penting soal corona di masa awal kemunculan.
Ketiganya juga aktif menyebarkannya secara daring termasuk gambar rumah sakit yang kewalahan dan tumpukan mayat.
Atas hal ini, anggota parlemen Amerika Serikat meminta Departemen Luar Negeri mendesak China agar menyelidiki hilangnya orang-orang yang berupaya mengungkap dampak virus corona di Kota Wuhan.
Hal ini disuarakan Perwakilan dari Partai Republik Jim Banks. Kata dia, untuk tiga jurnalis, turut penting untuk ditelusuri.
"Ketiga orang ini memahami risiko pribadi yang terkait dengan laporan independen mengenai virus corona di China, namun mereka tetap melakukan itu," tulis Banks disitat Reuters, Kamis 2 april 2020.
Banks menuding Pemerintah China bisa saja menjebloskan mereka ke penjara atau bahkan lebih buruk dari itu.
Penutupan informasi soal virus corona di China memang disoroti AS.
Belakangan Amerika bahkan menuding sumber virus itu berasal dari sana.
Berbagai spekulasi muncul. Kejanggalan juga diungkap sejumlah kalangan di AS, terlihat dari penutupan informasi penting selama hampir tiap tahapan tanggapan virus corona di sana, mulai dari wabah awal, hingga jumlah kasus dan kematian.
Kecurigaan banyak pihak juga terjadi karena China mulai menyensor informasi publik dan justru mulai mencari alasan kalau virus tersebut justru dibawa pasukan AS yang tiba ke Wuhan akhir tahun lalu.
Selain itu, China juga telah mencoba menuding bahwa virus itu berasal di Italia, negara dengan kematian terbanyak akibat virus corona.
Pernyataan China terlontar memanfaatkan kutipan seorang dokter Italia yang menyebut kasus pertama di negeri Pizza itu bisa jadi jauh lebih awal daripada yang terjadi di Wuhan.
Wajib ditelusuri
Sementara itu dalam laporan BBC, ketiga jurnalis China yang hilang usai membagikan foto dan video dramatis situasi Wuhan, saat awal-awal kasus virus corona merebak.
Ketika itu, Pemerintah China dilaporkan sengaja menutup-nutupi dampak besar virus. Namun oleh ketiga jurnalis itu, masyarakat lokal dan dunia malah diberikan pandangan yang berbeda tentang apa yang terjadi di Wuhan, pusat penyebaran virus corona di China.
Sontak, hasil peliputan mereka yang diunggah ke sosial media langsung menyedot perhatian. Seperti yang dilakukan Fang Bin, yang memulai memposting video hasil peliputannya pada Januari 2020.
Kendati saat itu akses informasi dibatasi, namun video Fang Bin dapat ditonton melalui jaringan VPN. Banyak foto dan video yang dijepretnya, termasuk tumpukan mayat.
Namun belakangan, akun sosial medianya kemudian hilang, dan dihapus. Begitu juga dengan jurnalis lainnya, yakni Chen Qiushi, aktivis yang belakangan menjadi jurnalis. Hasil liputannya diberangus oleh otoritas China. Akun media sosialnya yang telah memiliki pengikut lebih dari 700 ribu dihapus.
Termasuk akun YouTube yang memiliki 400 ribu pengikut, dan 265 ribu pengikut di Twitter, lenyap.
"Saya akan menggunakan kamera saya untuk mendokumentasikan apa yang sebenarnya terjadi. Saya berjanji tidak akan menutupi kebenaran," katanya dalam video YouTube pertamanya.
Chen ketika itu mengunjungi berbagai rumah sakit di Wuhan, dan menyampaikan apa yang dia lihat. Chen kemudian mengatakan kepada jurnalis BBC John Sudworth kalau apa yang dilakukannya bakal membahayakan dirinya, dan yakin tidak lama lagi bakal ada petaka pada dirinya.
"Sensornya sangat ketat dan akun orang-orang ditutup jika mereka membagikan konten saya," katanya kepada John sebelum menghilang.
Sementara itu, Patrick Poon, seorang peneliti di Amnesty International, mengatakan masih belum jelas apakah tiga jurnalis China dan dokter yang menghilang itu dihilangkan polisi atau ditempatkan di bawah 'karantina paksa'.
"Pihak berwenang China harus memberi tahu keluarga mereka dan memberi mereka akses ke pengacara pilihan mereka (kalau benar ditahan). Kalau tidak, itu adalah kekhawatiran sah bahwa mereka berisiko disiksa atau diperlakukan dengan buruk," kata Poon.
Kata dia, Beijing sendiri memang dikenal acap menekan orang-orang yang berbicara lantang. Ini juga telah menunjukkan bagaimana rahasia besar soal corona termasuk dalam kendali mereka.
sumber bbc
SMSI Minta Presiden Terbitkan Perpu UU Kedaulatan Digital Pengganti UU ITE
RIAUBOOK.COM - INI cerita tentang ibu bernama Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) yang berusaha menyelamatkan hidup anak-anaknya, 2.000 lebih media…