RIAUBOOK.COM - Setelah mendapat penolakan bertubi-tubi dari hampir seluruh negara di Asia Tenggara, Pemerintah Astralia berjanji tidak akan lagi mengekspor sampah ke nega-negara berkembang.
Terlebih, sebelumnya hampir seluruh negara di kawasan ASEAN ramai-ramai menggelar aksi perotes keras dengan menigrim balik sampah ke negara asal yang mayoritas berasal dari negara maju, salah satunya Australia.
"Ini adalah sampah kami dan menjadi tanggung jawab kami," kata Perdana Menteri Australia, Scott Morrison, di Sydney.
Morrison menyatakan sepakat dengan seluruh gubernur negara bagian untuk mempersiapkan proses mengurangi ekspor sampah plastik, kertas, dan kaca.
Dilansir dari CNNIndonesia.com, Minggu (11/8/2019), Perdana Menteri Negeri Kangguru itu telah memerintahkan seluruh pemimpin daerah setempat mulai mengurangi metode pengolahan sampah terbuka (landfill) dan memaksimalkan daur ulang.
Menurut catatan pemerintah Australia, mereka mengekspor sampah seberat empat ton setiap tahun. "Kami menegaskan tidak akan ada ekspor sampah plastik, kertas, dan kaca ke negara lain yang justru riskan mencemari lautan kita. Kami akan berupaya melakukan apapun untuk mencapai tujuan itu," ujar Morrison.
Sejak China memutuskan melarang impor sampah plastik sejak 2017. Sejumlah negara maju mulai mengirim sampah itu ke beberapa negara Asia Tenggara yakni Thailand, Malaysia, Vietnam dan Indonesia.
Meski demikian, Indonesia dan sejumlah negara lainnya juga memutuskan memulangkan sampah-sampah plastik dari luar negeri ke negara asalnya.
Negara-negara di Pasifik juga memprotes pemerintah Australia karena dianggap tidak tanggap untuk mencegah perubahan iklim. Sebab, daratan mereka terancam lenyap lantaran kenaikan permukaan air laut secara perlahan-lahan.
Baru-baru ini, Morrison mengajukan anggaran sebesar US$10,9 juta untuk membiayai program pengurangan sampah di lautan.
Sumber: CNNIndonesia.com
SMSI Minta Presiden Terbitkan Perpu UU Kedaulatan Digital Pengganti UU ITE
RIAUBOOK.COM - INI cerita tentang ibu bernama Serikat Media Siber Indonesia (SMSI) yang berusaha menyelamatkan hidup anak-anaknya, 2.000 lebih media…